BAB LIMA
PERTAMA KALINYA
Lima menit kemudian Dewi merasakan seseorang menarik kainnya yang
melingkari pinggangnya. Dilihatnya Arjuna yang sekarang telanjang tanpa
sarung memegang kain itu. Arjuna perlahan menggunakan kain itu untuk
mengeringkan peju di selangkangan Dewi lalu kemudian Arjuna membersihkan
selangkangannya sendiri.
Dewi yang masih mabuk kenikmatan memejamkan matanya lagi. Dalam
ketelanjangannya, ia seakan tidak berdaya melakukan apa-apa lagi.
Setelah membersihkan pejunya dari tubuh ibunya dan diri sendiri, Arjuna
melempar kain ibunya ke lantai. Lalu merebahkan diri di samping ibunya
yang masih tiduran dengan tangan kanan terangkat, bagian belakang
telapak tangan ibunya pun masih ditempelkan di dahi.
Arjuna yang tadi sudah ejakulasi, perlahan mulai horny lagi. Tubuh
ibunya yang sintal, perut yang sedikit buncit namun tidak terlalu gendut
menunjukkan lekuk tubuh perempuan dewasa yang walaupun pernah
melahirkan namun tampak begitu manusiawi dan indah. Kedua payudaranya
yang kini sedikit melebar ke samping karena sedang tiduran tidak tampak
sebesar yang seharusnya, namun tidak mengurangi keindahan tubuh itu.
Selangkangan yang dihiasi rambut tebal menambah erotis ketelanjangan
ibunya itu. Apalagi bulu ketek yang tipis namun ikal, yang basah oleh
keringat tampak menantang ketika dibuka seperti itu.
Arjuna mendekatkan hidungnya ke ketek ibunya. Hidungnya digelitik rambut
di ketiak ibunya ketika bau tubuh ibunya yang belum mandi, bahkan sudah
keringatan karena aktivitas tadi, menusuk tajam di hidungnya. Bau
perempuan dewasa yang sangat digilai Arjuna membawa penis Arjuna yang
tadi telah ciut, perlahan tapi pasti bangkit dari tidurnya.
Dewi merasakan ketiaknya disentuh oleh hidung anaknya yang
mengendus-endus mengeluarkan udara yang membelai pangkal lengannya
mengirimkan sensasi menggelitik.
“Kamu ga sekolah?”
“Hari ini ijin sakit saja, Bu.”
“Sakit apa? Orang kamu sehat….”
“Sakit cinta. Arjuna cinta mati sama ibu. Cuma ibu yang bisa menyembuhkan penyakit ini.”
“Kamu kok gombal?” kata Dewi, namun ada perasaan bangga dan sensual ketika ia mendengar anaknya mengatakan cinta kepadanya.
“enggak gombal, bu. Arjuna cinta banget sama ibu. Sakit rasanya kalau
ibu enggak membalas cinta ini. Ibu gimana?” kata Arjuna sambil terus
bernafas di ketek ibunya, sementara dagunya disandarkan di tempat tidur
agar tidak pegal, sementara tangan kanannya membentuk huruf V dengan
telapak tangan yang ditaruh di payudara kiri ibunya sambil perlahan
mengusap-usap payudara itu.
“Ibu sayang Arjuna….”
“Kok sayang? Cinta dong, bu. Arjuna ga hanya sayang, tapi cinta. Cinta kekasih. Kan kita kekasih? Ibu kan kekasih Arjuna…”
“Iya……”
“cinta, kan?”
“Iya…..”
“kok iya-iya mulu…. Bilang dong ibu cinta Arjuna…..”
“Ibu cinta Arjuna, kekasihku……”
“Nah gitu dong… tapi harus jelas bu. Siapa kekasih ibu? Harusnya ibu
bilang cinta kepada anakku… gitu…. Biar ga salah. Kan yang namanya
Arjuna ga Cuma satu di Indonesia…”
“Ibu cinta kamu, anakku…… anakku kekasihku…….. anakku yang ganteng…….”
“Gitu dong….” Kata Arjuna senang. Lalu mengecup ketiak ibunya. “Arjuna
seneng banget….. Arjuna sudah punya pacar. Pacarnya cantik dan seksi.
Dewasa, lagi. Arjuna kayak mimpi aja. Masih ga percaya…..”
“Kamu kok gombal mulu, Jun?” tapi hati Dewi jadi berbunga-bunga.
Dibilang cantik dan seksi. Arjuna sungguh romantis. Bapaknya saja beda
jauh kalo dibanding anak ini. Ayah Arjuna tidak punya sifat romantis
sama sekali.
“Bau ibu enak banget. Bikin Arjuna semangat.”
Lalu Arjuna mulai menjilati ketiak ibunya lagi sambil meremas payudara
kiri ibunya. Dewi mulai terangsang lagi. Mulut Arjuna asyik menjelajahi
Dewi. Setelah puas menjilati ketek kanan ibunya, Arjuna mulai menjilati
dada kanan ibunya. Dewi mulai bangkit birahinya perlahan. Kedua
payudaranya mulai diserang anaknya lagi. Tetek kirinya dijamahi oleh
tangan kanan anaknya, sementara bukit yang kanan dijilati dan disedoti
oleh mulut anaknya itu. Dewi mulai mengerang-erang.
“aaaah….. iya, Jun. terus…… terus…….. remes tetek ibu……. Isepin tetek
ibumu ini……. Sayangku…… anakku sayang……… terus nenenin ibu…..”
Dada kiri Dewi mulai diselomoti mulut Arjuna, sementara kini ganti
tangan kiri Arjuna meremasi payudaranya yang sebelah kanan. Dewi
merasakan gejolak birahinya makin meninggi. Diremas-remasnya kepala
anaknya dengan kedua tangannya,
“terus Jun……. kekasih ibu…….. anak ibu sayang………. Terus sedot tetek ibumu ini……. Anakku… pacarku……. Kekasihku…..”
Mulut Arjuna kini mulai menjilati perut Dewi. Dewi merasa geli sekaligus
birahi. Kini kedua tangan anaknya mulai meremasi kedua payudaranya.
Kini genggaman anaknya mulai mengeras membuat Dewi merasakan sensasi
liar dan buas. Sementara lidah anaknya itu mulai menari dipusarnya,
berputar-putar lalu menyapu dari atas ke bawah seakan ingin merasakan
seluruh jengkal pusarnya itu.
Arjuna mencium bau tubuh ibunya makin santer tercium, keluar dari memek
ibunya. Tak sabar, ia mulai menjilat ke bawah. Dijilatinya jembut ibunya
yang lebat dan ikal itu, lalu disibaknya jembut itu, maka terlihatlah
memek ibunya yang telanjang. Baru kali ini Arjuna melihat kemaluan
ibunya tanpa tutup sedekat ini. Dua buah bibir rapat dihiasi ladang
jembut di antara sepasang paha yang putih. Ditariknya kedua bibir memek
ibunya, maka terlihatlah bagian dalam vagina ibunya. Bau tubuh ibunya
kini seakan menguasai segenap lubang hidung Arjuna. Bau tubuh ibunya
keluar dari organ intim, mahkota ibunya yang suci.
Bagian dalam memek ibunya berwarna merah, sedikit merah muda namun agak
gelap. Dilihatnya klitoris ibunya menghiasi puncak keintiman ibunya dan
di bagian bawah, bibir dalam vagina itu membuka memperlihatkan lubang
surgawi milik ibunya.
Arjuna mulai menjilati memek ibunya. Dewi yang memeknya belum pernah
dijilat orang terkejut merasakan sensasi baru namun asyik. Geli-geli
namun geregetan sekali rasanya.
“Jun….. itu kan kotor…. Bekas kencing….. jangan ah…… jorok….” Namun
walau Dewi melarang, tapi tangannya malah menekan kepala Arjuna minta
dijilat terus.
Arjuna merasakan sensasi aneh di lidahnya. Ada rasa asam dan getir di
lidahnya, hidungnya mencium bau campuran antara bau tubuh ibunya dengan
bau pesing air kencing ibunya. Namun, bukannya jijik, Arjuna malah
tenggelam dalam nafsu binatang. Arjuna malah menjadi makin bernafsu
menjilati kemaluan ibu kandungnya sendiri itu.
Bagaikan Anjing yang kehausan, Arjuna asyik sekali menjilati vagina
ibunya. Ibunya kini menggelinjang tak keruan, matanya terpejam setengah
dan hanya bagian putih yang terlihat dari bola matanya. Dewi merasa di
awang-awang surga ketujuh. Memeknya terasa geli dan enak disapu lidah
Arjuna. Apalagi karena yang menjilat adalah anak kandungnya sendiri,
darah dagingnya sendiri, kenikmatan yang dirasakan Dewi menjadi
bertambah hebat. Ada perasaan bersalah dan dosa, namun malah menambah
intensitas birahinya. Dewi merasakan nikmatnya oral seks membuat dirinya
lupa daratan. Seakan-akan seluruh tubuhnya hilang dan yang eksis hanya
memeknya saja yang sedang dijilati.
Dewi tidak tahu berapa lama sudah anaknya menjilati kemaluannya, yang
jelas sebentar lagi ia kan mengalami orgasme, erangan Dewi kini
terdengar menjadi bentakan,
“Terus! Jilati memek ibu! Anak baik! Terus! Jilat yang cepat! Ah…..
aha…. Jun…… jangan berhenti, Jun! terus! Jilat memek ibumu, Jun! geli,
rasanya, Jun! enak…. Aaaaaah…….. heeeeeh…… terus jilat………..”
Tahu-tahu Dewi merasakan klitorisnya disedot. Dewi jadi menggila,
ditekannya kepala anaknya ke memeknya keras-keras sambil memutar
pantatnya,
“Anak bandeeell……… kelentit ibu disedooooot……… aaaaaaah……….. enak banget, juuuuuun! Sedot terusssss……… aaaaaaaah………..”
Dewi tiba-tiba menggelinjang keras dan menekan kepala anaknya sekuat
tenaga. Dirasakannya orgasme yang dahsyat, namun tidak hanya itu, Dewi
tiba-tiba merasa ingin pipis, dan keluarlah air kencingnya yang
membanjur muka anaknya yang gelagapan karena susah bernafas.
“Ngentooooooooot kammuuuuuuuuuuuu……………………. Ibu jadi
kenciiiiiiing……………….. dasar anak bandeeeellllllll……. Ibu jadi
beginiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii……..”
Lalu Dewi terhenyak di tempat tidur kelelahan. Ia meringkukkan badan
sehingga tidur menyamping dengan posisi bagaikan janin, dengan kedua
kaki membentuk siku dan kedua tangan yang memeluk kaki.
Arjuna baru saja melihat ibunya liar. Ia menjadi senang. Tidak lama lagi
ibu akan jadi budak seksku, pikirnya. Apalagi ketika ibunya orgasme dan
mengatakan kata-kata yang belum pernah ia dengar keluar dari mulut
ibunya. Ditambah ibunya yang tak kuasa kencing juga menambah nuansa
liar. Tadi Arjuna berusaha meminum semua air itu, namun tetap saja air
itu tidak semuanya masuk ke mulutnya. Banyak yang menciprati wajahnya
dan ada juga yang jatuh di kaki ibunya. Arjuna kini menjilati
selangkangan dan paha ibunya yang terkena air kencing ibunya.
“Arjuna cinta ibu. Air kencing ibu aja Arjuna minum. Nah, ini Arjuna
bersihin badan ibu dari air kencing,” kata Arjuna sebelum mulai
menjilati selangkangan, paha dan tentunya memek ibunya.
Ketika akhirnya Arjuna menjilati memek ibunya terus, ibunya berkata,
“Udah, Jun. ibu capek……”
Arjuna menghentikan aksinya.
“Tapi jun kan belum?”
Dewi meluruskan kakinya walaupun tetap tidur menyamping.
“Kamu selipin aja di antara paha ibu, di bawah selangkangan.”
Arjuna lalu memposisikan dirinya dibelakang ibunya. Ibunya mengangkat
sebelah kakinya. Arjuna menaruh penisnya di bawah memek ibunya. Ibunya
merapatkan lagi kakinya sehingga kini kontol Arjuna dijepit kedua
pahanya. Arjuna lalu memeluk ibunya dari belakang dengan kedua tangan
menggengam payudara ibunya. Kepala Arjuna kini di punggung antara tulang
belikat ibunya, berhubung ibunya masih lebih tinggi. Arjuna mulai
menggoyang pantatnya maju mundur.
Punggung ibunya yang mengkilat karena keringat segera dijilati Arjuna.
Arjuna dapat merasakan kulit punggung yang halus bergesekkan dengan
lidahnya. Di lain pihak, kedua tangannya kembali meremas-remas buah dada
ibunya yang lembut dan kenyal. Sementara itu, kontolnya mulai basah
karena terkena cairan memek ibunya yang tadi baru saja orgasme, apalagi
saat ini Arjuna sedang mengocok kontolnya di selangkangan ibunya dengan
jepitan paha ibunya itu. Sementara, sensasi kedua paha ibunya yang
menjepitnya sungguh dirasa nikmat, lebih nikmat dari coli dengan tangan
sendiri.
Mulut Arjuna juga kadang mengecup dan mengenyot punggung ibunya yang
bermandikan peluh dan sekarang, bermandikan ludah Arjuna juga. Sehingga
tak lama kemudian punggung mulus ibunya telah dihiasi bekas-bekas merah
akibat cupangan. Jilatan kini sudah sangat melebar, cupangan dan
sedotannya juga makin kencang, sehingga menimbulkan bunyi kecipokan yang
keras.
Dewi mulai horny lagi. Memeknya digesekki oleh kontol anak kandungnya
yang keras, sementara kedua payudaranya diremas-remas secara kuat, dan
punggungnya dijelajahi oleh mulut dan lidah anak semata wayangnya itu.
Semuanya membuat Dewi kembali birahi untuk kesekian kalinya pagi itu.
Arjuna mulai menggerakkan tubuhnya perlahan ke bawah, mulutnya mulai
menjelajahi bagian bawah punggung ibunya, namun bukan itu sebabnya,
melainkan lama kelamaan batang kontolnya kini mulai mengarah vertikal ke
atas, bagusnya ibunya belum sadar. Karena ia terus memaju mundurkan
pantatnya yang menyebabkan Dewi tetap terhanyut goyangan ini dan
tenggelam dalam nafsu birahi.
Suatu saat, Arjuna menarik pantatnya agak jauh lalu menusukkannya secara
cepat ke atas. Kepala kontolnya secara tiba-tiba menerobos bibir vagina
ibunya yang basah, hanya sayang saja lubang senggama ibunya luput,
sehingga kini kepala kontolnya ‘terpeleset’ dan bergerak sejajar lagi
seperti semula. Namun dalam sepersekian detik itu kontolnya telah masuk
ke dalam lipatan bibir vagina ibunya.
“Arjuna! Kamu ga boleh masukkin!” teriak ibunya.
“enggak dimasukkin kok, Bu. Kan ga masuk ke lubangnya. Ini Cuma gesek di luar lubang, kok.”
Dewi tidak menjawab lagi. Karena memang burung Arjuna tadi tidak masuk ke liang senggamanya, melainkan hanya lewat saja.
Arjuna kembali melakukan gerakan tadi, berhubung tidak ada protest dari
ibunya. Ditariknya pantatnya ke bawah lalu ditusuk ke atas. Kembali
bibir luar vagina ibunya merekah, kepala kontol Arjuna masuk ke
dalamnya, kali ini ujung kontolnya menekan ke pinggir lubang memek
ibunya, karena tidak tepat bidikannya sehingga kembali mencelat keluar
dan menggesek sepanjang dinding vagina ibunya.
“Tuh…. Tadi hampir masuk,” omel ibunya.
“enggak, Cuma di pinggir lubang. Arjuna ga bakal masukkin kok. Nih liat…..”
Sambil berkata begitu, Arjuna menarik pantatnya lagi lalu mendorong
kontolnya ke arah memek ibunya. Kembali kontol Arjuna menggesek lubang
senggama ibunya, namun tidak masuk ke dalam karena posisi kontolnya
sejajar dengan memek ibunya.
“ga masuk, kan? Tenang aja, bu….” Kata Arjuna.
Untuk beberapa lama, Arjuna menggeseki bagian dalam memek ibunya,
sekedar melintas di atas lubang memek ibunya untuk kemudian ditekan di
sepanjang bagian dalam memek ibunya itu sampai ke klitorisnya bahkan
mungkin lebih jauh lagi karena terkadang palkon Arjuna menrasakan
lebatnya jembut ibunya pada saat pantatnya menusuk ke depan. Dewi
merasakan permainan ini bahaya, ada kemungkinan kontol anaknya dapat
selip dan tiba-tiba masuk ke dalam liang senggamanya. Hanya saja bahaya
ini di lain pihak juga membuat jantungnya deg-degan dan menambah rasa
erotis yang lain dibanding dengan pasangannya, perasaan yang
menggetarkan jiwa. Persenggamaan ibu dan anak adalah hal yang tabu tapi
secara aneh membuat Dewi merinding bila memikirkannya.
“Janji, ya Jun? jangan dimasukkin…..”
“Tenang aja, Bu,” kata Arjuna, kali ini sambil mendorong tubuh ibunya
dengan tubuhnya sehingga kini ibunya tiduran tengkurap dengan Arjuna
menindih bagian belakang tubuh ibunya yang telanjang bulat itu. Arjuna
merubah posisinya hingga badannya sedikit lagi turun dari posisinya
semula, agar lebih mudah beroperasi. Kini kedua tangannya ditaruh di
pundak ibunya, lalu Arjuna mulai mengocok-ngocok selangkangan ibunya
lagi.
Gesekkan-gesekkan kontol anaknya membawa Dewi ke lembah birahi sekali
lagi. Memeknya kini sudah basah total, bermandikan cairan kewanitaanya
sendiri. Terkadang Dewi merasakan kepala kontol anaknya menggowes lubang
memeknya untuk kemudian mencelat lurus menggeseki bagian dalam
vaginanya menuju klitoris, sementara punggungnya menjadi korban
keganasan mulut dan lidah anaknya.
Tiba-tiba dalam satu tusukkannya, Dewi merasakan kepala kontol anaknya
itu menancap di lingkar luar liang senggamanya. Dewi kaget dan ketika ia
hendak berteriak pada Arjuna, kontol Arjuna telah ditarik, untuk
kemudian kembali menggesek-gesek seperti sebelumnya.
“Kamu sengaja, ya? Hampir masuk, tadi!”
“kan baru hampir, berarti belum masuk, kan bu?”
Dewi hanya mendengus. Lalu kembali anaknya mengocoki vaginanya lagi.
Bagian dalam memek Dewi begitu licinnya sehingga gerakan kontol Arjuna
begitu lancar menggesek naik turun sepanjang vagina bagian dalam Dewi.
Tiba-tiba kembali kepala kontol Arjuna menancap di ujung lubang, namun
secepat kilat ditarik kembali, lalu kembali menggesek-gesek. Kali ini
Dewi tidak berkomentar. Yang penting belum masuk, pikirnya. Namun tak
lama kemudian kontol itu kembali menancap lalu ditarik. Kemudian
menggesek lagi. Dewi jadi curiga apakah ini kesengajaan atau tidak? Ia
menghitungnya. Sekali menancap, sepuluh kali gesek. Sekali nancap,
sembilan kali gesek. Ketika kontol itu menancap di depan lubang, Arjuna
tidak mendorong dengan kuat, hanya cukup untuk menempel saja, namun
gerakan gesek berikutnya adalah gerakan yang cukup kuat untuk menggesek
memeknya. Rupanya ada suatu pola. Pola berarti kesengajaan. Sungguh
anaknya memang bandel.
Kini gerakan Arjuna sudah menjadi sekali nancap, lima kali gesek. Pola
ini berlanjut beberapa lama. Mungkin tidak akan berubah lagi, pikir
Dewi. Dan Dewi menjadi tidak terlalu memikirkannya lagi dan sekarang
berusaha menikmati goyangan anaknya. Ketika Dewi mulai terombang-ambing,
dirasakannya kini Arjuna telah merubah pola serangannya. Sekali tancap,
dua kali gesek. Dewi belum sadar bahwa gerakan ini cukup berbahaya
karena ia pun sedang menikmatinya atau juga mungkin sebentar lagi akan
orgasme sehingga tidak peduli akan segala hal apapun juga.
Pola gerakan Arjuna diimbangi Dewi. Ketika kontol Arjuna menggeseki
memeknya dua kali, maka Dewi membalas dengan menekan pantatnya kebawah
sehingga tusukan maju Arjuna ditambah dengan tekanannya sendiri membuat
gesekkan kedua kelamin itu menjadi lebih keras.
Dewi mulai mengoceh tak keruan,
“Iyaaaah….. gesek terus kontolmu, naaaaaak……. Cah baguuuuuus……… goyang terus kayak gitu…… ibu bentar lagi sampaaaaiiiiiii……”
Gerakan mereka bertambah cepat. Dua kali gesek, sekali tancap. Dua kali gesek, sekali tancap.
“Ibu mau sampeeeeeee……. Aaaaaaaah! Juuuuuuuuuuun jangaaaaaaan!! Ibu sampeeeeee…….”
Ternyata ketika Dewi berkata ibu mau sampe, Arjuna merubah pola
gerakannya. Dari satu kali tancap, dua kali gesek, menjadi satu kali
tancap, satu kali gesek dan satu kali tancap dan Arjuna menusuk ke depan
dengan kuat, sementara kedua tangannya merangkul ibunya dari belakang
dengan cara melingkarkan tangan melalui bawah ketiak ibunya, lalu
telapak tangan dibuka ke dalam lalu memegang pundak depan ibunya dari
arah bawah, sebelum gerakan tusukan di lancarkan. Gerakan terakhir ini
membuat kontol Arjuna serta merta ambles ke dalam liang senggama
ibunya, karena selain tusukkan Arjuna yang disengajakan, Dewi juga
sedang menekan ke bawah mengikuti irama satu tancap dua gesek tadi. Itu
yang membuat ibunya teriak jangan.
Tapi, Dewi tidak berontak karena saat itu juga ia mengalami orgasme.
Sudah lama sekali Dewi menahan nafsunya karena tidak pernah dinafkahi
suaminya. Kini tiba-tiba ada kontol yang memasukki memeknya lagi,
apalagi memang dia dalam keadaan birahi tinggi dan sudah hampir
klimaksnya, maka ketika anaknya menghujamkan penisnya dalam-dalam, maka
Dewi mencapai orgasme yang begitu hebat yang belum pernah dirasakannya
sebelumnya.
Arjuna merasa dirinya di surga ketujuh. Kini kontolnya sudah ambles
masuk ke lubang kencing ibunya. Dirasakannya liang senggama ibunya
begitu sempit meremas batang kontolnya. Dinding liang senggama ibunya
basah oleh cairan kewanitaan dan terasa seperti pipa lembut yang
menjepit keras kontolnya. Apalagi sekarang ibunya sedang orgasme.
Arjuna dapat merasakan pinggul ibunya yang sedikit bergetar seperti
menggigil, sementara dinding lubang kencing ibunya berdenyut-denyut
meremas kontolnya seakan ingin menyedot habis isi kontolnya. Arjuna
segera mengentoti ibunya dengan gerakan liar dan buas. Ia ingin
ejakulasi dan menyebarkan benihnya ke rahim ibunya dalam-dalam.
Arjuna yang sedang kalap karena nafsu, mengenyot punggung ibunya
keras-keras dan tak menggerakkan mulutnya lagi. Kedua tangannya tetap
merangkul ibunya dari belakang dan menekan tubuh ibunya seiring irama
tusukkan kontolnya. Suara selangkangannya beradu dengan pantat ibunya
terdengar berkali-kali ditingkahi suara erangan ibunya yang sedang
orgasme.
“Juuuuuun…….. jangan entot ibu kayak gitu………………aaaaaahhhhhh……… jangan
dikeluarin di dalam…….. Junnnnn…… jangan dikeluarin di dalam………..
ssssshhhhhhhh………”
Arjuna yang baru sekali ini merasakan nikmatnya bersenggama, apalagi
yang disetubuhi ibunya sendiri yang cantik dan bahenol, tidak berpikiran
jenih ditambah buta soal begituan. Ia mendengar ibunya berbicara namun
mengartikannya berbeda. Ketika ibunya bilang jangan dikeluarin di dalam,
ia mengira ibunya meminta agar kontolnya jangan dikeluarin tetapi di
dalam aja. Sehingga Arjuna menjadi semakin semangat mengobok-obok
kemaluan ibunya dengan burungnya.
“uuuuh…… memek ibu nikmat banget………. Anget…….. licin sama
sempiiiiit……….. Arjuna ga tahaaaaaan…..,” kata Arjuna lalu kembali
mengenyot punggung ibunya yang banjir keringat dengan keras, sementara
nafsu birahinya seakan meledak.
Arjuna merasakan kenikmatan yang tak ada taranya. Ia sudah sering
ejakulasi, tapi kali ini, sensasi mengentot ibunya sendiri seakan
menambah berkali-kali lipat kenikmatan yang ia alami. Sambil menyedot
punggung ibunya kuat-kuat, Arjuna melepaskan pejunya di dalam rahim
ibunya sambil menekan burungnya dalam-dalam.
Bila ada orang yang melihat adegan di kamar itu tentu akan terhenyak.
Seorang Ibu muda yang cantik dan seksi sedang tengkurap ditindih anaknya
sendiri, sementara anaknya itu merangkul ibunya dan menghujamkan
kontolnya secara brutal ke dalam memek ibunya sambil mengenyot punggung
mulus ibunya itu.
Akhirnya Arjuna lemas dan menindih punggung ibunya. Ibunya pun berbaring
bagaikan orang pingsan, hanya saja keduanya bernafas berat, sedikit
tersengal-sengal bagaikan orang yang baru saja selesai lari marathon.
Setelah hampir dua menit Arjuna menindih ibunya, ibunya membalikan
tubuh sehingga Arjuna jatuh kesamping. Kemudian Dewi menarik tubuhnya
sehingga kelamin mereka lepas. Air mani anaknya menetes perlahan dari
memeknya. Lalu Dewi berkata,
“Jun. nanti ibu hamil.”
“emang kenapa bu? Bukannya ibu suka dan menikmati juga emang kenapa kalo
hamil? Ibu ga suka punya anak? Arjuna suka banget kalau punya adik.
Tapi ibu ga pernah ngasih ade sih….”
Dewi terdiam. Lalu berkata,
“Panjang ceritanya, Jun. yang jelas, semenjak kamu lahir, Ayah kamu sama
ibu sudah tidak pernah campur lagi. Kalau ibu hamil, Ayah kamu akan
mengira ibu selingkuh.”
“Jadi ibu ga boleh hamil?”
Dewi menggeleng.
“Emang kalau Arjuna masukkin titit ke memek ibu kayak gini, ibu pasti hamil?”
“Belum pasti. Tapi kemungkinan besar.”
“supaya pasti tidak hamil bagaimana?”
“Bisa pakai alat KB seperti pil, suntik dan lain-lain. Atau KB Alami.”
“Alat KB mahal ya, bu? Kalau KB alami juga mahal?”
“KB Alami gratis kok, Cuma lebih susah.”
“Caranya?”
“ada yang pakai kalender, agak susah diceritakan. Tapi yang ini susah untuk diikuti, dan sebagian besar orang tidak berhasil.”
“Ada yang lain?”
“Bisa juga lelakinya ngecrot di luar.”
“Maksudnya?”
“Kamu tau kan ejakulasi?”
“maksudnya?”
“titit kamu keluarin cairan putih, tapi bukan kencing. Kayak ini,” Dewi
menunjukkan cairan peju anaknya yang keluar dari memeknya yang baru saja
dientot anak tunggalnya itu.
“Oh itu ….. emang kenapa?”
“Nah, kalau lelaki menaruh tititnya di tempik perempuan itu namanya
berhubungan badan. Nah, hubungan badan itu akan selesai ketika lelaki
mengeluarkan cairan putih itu. KB Alami lainnya adalah waktu cairan itu
mau keluar, lelaki mencabut tititnya dari tempik perempuan lalu
mengeluarkan cairan itu di luar tempik perempuan itu. Mengeluarkan
cairan putih itu namanya ejakulasi.”
“Oh, kalau ejakulasi di dalam tempik perempuan bisa hamil ya?”
“Iya.”
“Kalau begitu nanti Arjuna keluarin di luar. Kan ibu ga bakal hamil.”
“Jarang lelaki yang belum berpengalaman kayak kamu ini bisa menahan
ketika saat ejakulasi. Tadi saja kamu ga tahan kan. Ini peju kamu udah
di dalam perut ibu.”
“Yaaaa…. Kan Jun tadi ga dikasih tahu. Bagaimana kalau nanti kita
beginian lagi, Jun akan keluarin air mani Jun di luar tempik ibu…….”
“Susah, Jun, untuk lelaki menahan tidak buang di dalam. orang harus latihan dulu.”
“Latihan di mana? Masa cari orang dulu?” kata Arjuna, ia ingin sekali
ngentotin memek ibunya terus. Tapi melihat muka ibunya yang serius, maka
Arjuna menjadi takut kalau nanti ibunya ga mau lagi meneruskan hubungan
terlarang lagi. Setelah berpikir agak lama, Arjuna mendapatkan pikiran
lain, ia pernah lihat majalah porno di mana ada gambar lelaki sedang
mengentot perempuan, namun kontolnya masuk lubang belakang. Mungkin
kalau ibunya belum mau dientot memeknya lagi, Arjuna dapat menggunakan
lubang pantat ibunya. Maka katanya,
“Gini aja deh bu, gimana kalau Arjuna latihan di lubang yang satu lagi?”
“Maksud kamu?”
“Lubang dubur ibu.”
“Apaaa? Iiiih…. Kamu jorok banget.”
“kalau di situ ibu bisa hamil ga?”
“enggak.”
“Ya udah, biar Arjuna latihan dulu di situ sampai bisa tahan ejakulasi.”
“Ya ampun, Jun. itu kan kotor. Tempat keluarnya tai ibu loh…..”
“Justru itu. Kan lubang itu kotor. Ibu pakai cuman untuk berak aja.
Kalau ibu sayang, ibu kasih lubang itu untuk Jun pakai buat latihan,
donk. Kan lubang itu ga bakal bikin hamil dan juga Cuma tempat kotoran
aja. Ibu ga boleh pelit.”
Dewi terdiam dan terpaksa mengakui kata-kata anaknya. Mereka terdiam
beberapa saat. Arjuna menikmati melihat ibunya yang telanjang. Buah
dadanya yang ranum itu sedang naik turun karena bernafas. Sementara
tubuh ibunya yang mengkilap karena keringat tampak bagaikan pahatan
indah yang hidup.
Sekarang sudah telat untuk sekolah. Arjuna memeluk ibunya dari samping lalu berkata,
“Bu….. ibu cantik sekali….” Lalu mencium ibunya perlahan. Dewi yang
sedang banyak pikiran tiba-tiba merasakan bibirnya dikecup anaknya
perlahan. Akhirnya beberapa saat kemudian ia membalas ciuman anaknya
itu.
Makin lama ciuman mereka makin hot. Burung Arjuna jadi tegang lagi.
Entah karena baru merasakan ngentot, entah karena ingin merasakan lubang
pantat ibunya, sehingga birahi Arjuna menanjak lagi.
“Bu…. Arjuna mau latihan masukkin burung di lubang belakang ibu…..”
BAB VI
Arjuna dan Dewi pertama kali Anal
Maka Dewi tidur tengkurap. Arjuna menaruh kakinya di samping paha Dewi,
lalu berlutut di situ. Ditariknya dua pantat yang sekal dan kencang
dengan bentuk bundar yang tampak kenyal Arjuna memegang kedua pantat
ibunya lalu ia menarik kedua pantat itu ke samping. Terlihat lubang anus
ibunya itu menutup rapat. Lubang itu sedikit kehitaman di
ujung-ujungnya.
Arjuna menggunakan sebelah tangannya untuk menuntun kontolnya ke lubang
itu. Kepala kontolnya yang sudah basah karena tadi masuk di memek
ibunya mentok di cincin ibunya. Ketika ia menusuk keras-leras, kepala
kontolnya masuk berhubung kontolnya yang licin itu. Lubang itu sempit
sekali dan panas, namun kering sekali sehingga ada sensasi terbakar
dirasakan Arjun.
“Addduuuuuuh…… sakit Jun……………………………..”
Arjuna pun merasakan sakit.
“Kalau masukkin ke tempik perempuan kok gak sesakit ini bu?
“”itu lain, biasanya harus licin dulu dalamnya. Kalau tempik punya cairan di dalamnya.”
“Kalo dubur ibu ga ada?’
“enggak.”
Mendapat ide bagus, Arjuna mencabut kontolnya dan kini mulai menarik
pantat ibunya ke samping lebih lebar, dan tiba-tiba dijilatinya lubang
itu.
“Arjunaaaaa! Ih……. Joroknyaaaa! Masa burit ibu dijilat?”
“enak bu…… harum lagi……”
Arjuna melihat pantat ibunya yang bulat dan sekal itu dilapisi kulit
yang sedikit lebih hitam dari kulit ibunya di tempat lain. Ada bintik
putih di sana-sini namun tidak terlalu banyak yang membuat kontras
dengan kulit coklat pantat ibunya. Arjuna mulai menciumi kedua pantat
ibunya, menjilati dan mengecupi. Berhubung kulitnya agak gelap jadi
cupangan tidak terlalu berhasil di situ. Kulit tubuh ibunya telah ia
hapal rasanya. Namun menjilati pantat ibunya memberikan nuansa lain yang
ia sukai. Akhirnya Arjuna kembali menjilati lubang anus ibunya dengan
lahap. Kadang-kadang lubang itu membuka dan menutup. Ketika suatu saat
lubang anus ibunya membuka, Arjuna membuat kaku lidahnya, lalu menjojoh
lidahnya ke dalam lubang lebih jauh.
“Aaaaahhhhhh, lidahmu masuk……”
Arjuna mulai menjilati sejauh lidahnya menjangkau. Ketika air liurnya
masih sedikit dan tidak menunjukkan pembasahan yang baik, Arjuna membuka
lubang pantat ibunya lalu meludah ke dalam untuk kemudian menjilati
lagi. Lama kelamaan Arjuna hapal bau pantat ibunya. Sedikit menyengat
dan ada aura panas yang menguar. Dinikmatinya sensasi lidahnya yang kini
menyusuri keliling dinding dalam lubang tahi ibunya. Terkadang ia
seperti merasa ada butiran sangat halus yang terjilat. Arjuna tidak
jijik, malah sering menelan ludah untuk merasakan butiran halus yang
mungkin adalah tahi ibunya itu.
Dewi mulai menggelinjang. Mula-mulanya ia merasa geli, namun
lama-kelaman ia dapat menikmati sensasi lidah anaknya di dalam lubang
eeknya. Memeknya jadi basah lagi. Baru kali ini Dewi dapat merasakan
lubang anusnya. Sebelumnya hanya ketika buang air ia dapat merasakan
tahinya melewati pipa pembuangan tubuhnya itu. Kini dinding anusnya
terasa sekali dibelai-belai oleh lidah anaknya sendiri.
Lubang Dewi sekarang basah, bahkan karena sering meludah ke lubang
pantat ibunya, Arjuna masih dapat melihat sedikit air liur bergelembung
di lubang anus ibunya. Arjuna menuntun kontolnya lagi, lalu dengan
bernafsu sekali, berhubung ia sudah tidak sabar dan tahan lagi, ia
menghujamkan kontolnya ke dalam lubang tahi ibunya.
Baru setengah gerakannya terhenti lubang yang kecil itu karena seret. Sementara Dewi berteriak,
“Saakiiiiiit Juuuuuuun……..”
Arjuna yang tadinya berlutut, kini menindih ibunya lalu menggenjot pantatnya kuat-kuat sambil mendekap ibunya dari belakang.
“Aaaaargggghhhhhhh…. Pantat ibu robeeeeeeek!!!!!”
Padahal tidak. Hanya saja lobangnya menjadi bertambah longgar karena
tertarik ke samping secara paksa. Arjuna merasakan kontolnya dijepit
lubang anus ibunya dengan sangat kuat. Sedikit sakit dirasakan. Namun
keberhasilannya menyodomi ibunya membuat dirinya senang bukan kepalang.
Mereka berdua terdiam selama beberapa waktu. Arjuna lalu mulai menarik
kontolnya perlahan-lahan. Dirasakannya dinding anus ibunya mencengkram
keras seluruh batang kontolnya sehingga ada friksi yang kuat ketika
kontolnya menggesek pergi. Sebelum seluruh kontolnya copot dari lubang
tahi ibunya, Arjuna mendorong lagi kontolnya untuk menelusuri dinding
anus ibunya yang sempit itu.
Selama beberapa menit, Arjuna perlahan-lahan menumbuki lubang pantat
ibunya, sementara kedua tangannya telah ia selusupkan ke bagian depan
tubuh ibunya sehingga kini telah menggenggam kedua payudara ibunya yang
besar. Dewi menggunakan satu tangannya untuk menggeseki klitorisnya
sendiri, karena birahi telah menguasainya pula. Udara yang panas dan
juga aksi sodomi Arjuna kepada ibunya membuat dua insan sedarah itu
mulai berkeringat lagi.
Arjuna otomatis mulai menjilati punggung ibunya, tangannya mulai
meremas-remas payudara ibunya dan kontolnya masih mencangkuli lubang
pantat ibunya. Lama-kelamaan birahi Arjuna perlahan memuncak. Ini
menyebabkan jilatan Arjuna kini menjadi kenyotan dan hisapan di punggung
ibunya. Remasan tangannya yang tadi perlahan kini menjadi kuat seakan
sedang mencengkram kedua tetek ibunya. Dinding Anus ibunya mulai terasa
tidak terlalu menyakitkan, sehingga kini Arjuna menghujami lubang anus
ibunya dengan keras. Terdengarlah suara benturan selangkangan dan
pantat. Bunyi yang banyak orang telah dengar dan kenali. Bunyi orang
sedang ngewe.
Tubuh keduanya kini banjir keringat dan bercampur baur satu sama lain.
Punggung Dewi di berbagai tempat mulai berwarna keunguan karena cupangan
anaknya. Dewi merasakan nikmat yang aneh ketika lubangnya berkali-kali
dibor oleh kontol anaknya. Sementara tangannya semakin mempercepat
kobelannya di klitorisnya sendiri.
“Yeeeeeh…… yeeeeeeh……… tusuk lubang pantat ibu……… Juuuun……. Tusuk yang
kenceng…….. entotin lubang tahi ibu yang bau…….. entotin lubang tahi ibu
yang penuh kotoran………..”
“Sempit banget dubur ibu……. Nikmat banget…………. Cantik banget ibu……… Arjuna ga tahan nih……”
“Ibu mau sampe lagi, Juuuuuun….. jangan berhenti Jun……… yang keras entot
dubur ibu………..ibu mau sampe……….. dikit lagi………. Aaaaarrgghghhhhhhhh……….
Ibu sampe lagi…..”
Arjuna merasakan lubang pantat ibunya mengecil seakan menggenggam
kontolnya dengan sangat kuat. Arjuna tidak tahan dan ia menghujamkan
kontolnya kuat-kuat di dalam lubang dubur ibunya itu. Arjuna merasakan
cairan tubuh keluar dari kontolnya. Tidak hanya sekali, tapi
berkali-kali. Akhirnya setelah beberapa saat Arjuna lemas dan berbaring
tanpa daya dengan masih menindih ibunya.
“Tuh, kan. Kamu ejakulasi di dalam.”
“Iya, bu. Arjuna akan latihan lebih sering sekarang.”
Lalu mereka berdua tertidur kelelahan.
Dewi mau ga mau sejam kemudian bangung untuk mengerjakan pekerjaan
sehari-hari. Agak siangan Jun terbangun. Arjuna mencari ibunya. Ia
mendapati ibunya telah selesai masak dan membereskan rumah, dilihatnya
ibunya yang memakai kain. Diciumnya bibir ibunya. Ibunya membalasnya.
Ciuman buas dari Jun yang terbangun horny, seperti kebiasaan semua anak
lelaki remaja. Lidah Jun secara brutal menjelajah mulut ibunya, Dewi
hanya mengimbangi saja.
Jun membetot kain ibunya hingga lepas. Ibunya telanjang bulat di balik kainnya itu.
“kalo ga ada orang lain. Mulai sekarang ibu harus telanjang bulat,” kata Jun. lalu mulai menjilati leher ibunya.
“Mandi dulu, Jun. ibu sama kamu kan belum mandi.” Kata Dewi sambil mengelus kepala anaknya.
“Hari ini libur dulu. Mumpung Ayah lagi pergi. Boleh kan, bu?” sejenak
Jun melepas jilatannya untuk berbicara, namun kini ia sibuk menarik
ibunya ke tempat tidur. Jun mulai menjilati ketiak ibunya seperti biasa.
“Kamu bau, Jun.”
“Ibu ga suka bau Jun?”
“gimana, ya…. Bau asem-asem gitu… tapi ibu suka juga dikit…..”
Arjuna menjadi senang. Katanya,
“sini, gantian ibu jilatin ketek, Jun.”
Arjuna tiduran lalu membuka tangannya. Dewi segera mencium ketek asem
anaknya dan akhirnya menjilati ketek anaknya yang memiliki bulu-bulu
halus. Bahkan tidak setebal bulu keteknya sendiri. Lama-kelamaan mereka
akhirnya berciuman dengan nafsu. Akhirnya Dewi kembali menggesekkan
memeknya ke kontol anaknya dalam posisi woman on top lagi. Setelah
orgasme, maka seperti pagi tadi, Arjuna melakukan anal seks dengan
ibunya hingga ejakulasi.
Mulai saat itu, dimulailah hubungan mereka yang baru. Hubungan yang
melampaui ibu dan anak. Hubungan incest. Hubungan seksual sedarah.
Mereka adalah sepasang kekasih. Namun, Dewi bersikeras tidak mau
bersenggama secara tradisional. Ia hanya mengijinkan mereka berdua
melakukan oral, anal dan paling banter hanya saling menggesekkan alat
kelamin. Dewi masih merasa was-was. Moga-moga ia tidak hamil. Sebulan
lagi akan terlihat apakah ia mengandung bayi anaknya sendiri atau tidak.
Bila nantinya ia hamil, tentu akan jadi panjang urusannya.
BAB VII
PUNCAK KENIKMATAN
Selama sebulan setelah pertama kalinya Arjuna merasakan bersetubuh
dengan ibunya, selama itu pula, setiap hari mereka melakukan anal seks
dan juga menggesekkan kelamin. Suatu hari, Ayahnya tidak ke sawah.
Rupanya ia mau membantu temannya pindahan hari itu. Maka pagi itu Arjuna
tidak dapat melakukan aksinya seperti biasa. Ibunya bersikap
biasa-biasa saja, malah cenderung sedikit lebih diam.
Arjuna hari itu sekolah. Sayangnya teman-temannya mengajak main bola.
Arjuna yang sudah tak sabar akhirnya pulang duluan sebelum jam tiga
dengan alasan ga enak badan. Ketika ia pulang ibunya sedang menimba air
memakai pipa dragon. Ayahnya tidak terlihat.
“Loh….. Ibu, ayah kemana? Belum selesai bantuin temannya?”
“Belum, Jun.”
“sampai sekarang belum pulang juga?
“bapak pergi rumah temannya hari ini. Siang ini mungkin sudah pulang.”
Kebetulan, pikir Arjuna. Jadi lebih bebas.
“Perlu dibantu?” tanya Arjuna.
“Sudah kelar kok. Ini ibu mau mandi. Belum sempat mandi dari pagi, abis
tadi pagi ngantar bapak kamu. Siangnya kerjaan dirumah sudah numpuk.
Kamu juga biasanya pulang siang dan bantu ibu. Sekarang malah pulang
sore.”
“Wah… maaf deh bu. Janji ga akan lagi. Arjuna akan pulang terus untuk ngebantuin ibu.”
“sekarang bantu ibu isi bak mandi.”
“Jangan dulu donk, bu.”
“tuh kan… katanya mau bantu……”
“pasti dibantu. Cuma, Arjuna kan belum cium ibu.”
“Ih…. Ibu belum mandi……. Udah bau nih…… dari pagi kerja di rumah….”
“Biar belum mandi, Arjuna tetap sayang ibu. Cuma, ibu kayaknya ga sayang Arjuna, deh.”
“Loh, kok ngomong gitu?”
“Kan kemarin Arjuna minta ibu jangan pake baju kalau kita berdua aja. Ibu sekarang pakai kain. Ibu ga sayang.”
Dewi hanya menggeleng sambil tersenyum. Dasar anaknya memang bandel.
“Ada yang mau ibu sampaikan kepada kamu terlebih dahulu.”
“Apa itu, bu?”
Dewi mengajak anaknya ke kamar tidur lalu mereka duduk di tempat tidur.
“Ibu mau cerita tentang sejarah keluarga kita…”
Maka, ibunya mulai menceritakan sejarah keluarga mereka kepada Arjuna.
Empat belas tahun yang lalu, ketika Dewi berumur 14 tahun, ia menikah
dengan Waluyo. Kala itu, ayah dan ibu Dewi kenal dengan Waluyo yang baru
pulang dari Kalimantan. Waluyo baru sembuh. Ternyata, Waluyo baru cerai
dengan isteri pertamanya karena ada masalah keluarga.
Keluarga Fauziah, isteri pertama Waluyo adalah keluarga kaya. Dengan 3
orang anak. Syafei, putera tertua, Fauziah puteri kedua dan Aisyah
puteri terakhir. Ketika itu, ayah mereka sakit-sakitan dan menurut
dokter tidak akan lama lagi bertahan hidup. Maka, terjadilah perang
keluarga antara Syafei dan Waluyo memperebutkan harta keluarga.
Akhirnya, Syafei tewas dalam suatu perkelahian massal antara keduanya.
Waluyo terluka parah.
Akhirnya ibunya Fauziah memaksa anaknya pulang dan menceraikan mereka
berdua. Waluyo membeli lahan pertanian di kampungnya dan membangun
keluarga baru dengan Dewi.
Setelah melahirkan Arjuna, Waluyo tidak pernah menyentuh Dewi lagi
secara seksual. Lama-kelamaan, Dewi bingung dan menanyakan ini pada
Waluyo. Akhirnya Waluyo mengaku bahwa, sebenarnya ia menyukai lelaki.
Ternyata Waluyo itu homo. Sebenarnya Waluyo suka lelaki dari saat ia
remaja, namun karena lingkungan tradisional melarang dan mencaci homo,
maka Waluyo berusaha membangun keluarga. Ia berhasil berhubungan seks
dengan cara membayangkan lelaki.
Baru di kampungnya ini, Waluyo menemukan kekasihnya. Seorang lelaki
bernama Joko yang bujangan walaupun umurnya sudah empat puluh. Joko ini
bekerja sebagai buruh tani yang ikut menggarap tanahnya Waluyo. Inilah
mengapa Waluyo sering pulang malam, atau bahkan tidak pulang. Berhubung
mereka tinggal di bukit yang masih banyak pohon bak hutan, dan rumah
tetangga berjauhan, aktivitas Waluyo tidak diketahui warga.
Akhirnya Arjuna mengerti. Lalu ibunya berkata,
“Kamu kan ingat, akhir-akhir ini kita sering berhubungan seks?”
“Iya, bu.”
“Sekarang ayah kamu tahu.”
Arjuna kaget. Ia sangat ketakutan.
“Ibu hamil. Baru kemarin ibu tahu, tadi pagi ibu terpaksa bilang sama ayah kamu.”
“Waduh… gimana, dong?” tanya Arjuna takut tapi di lain pihak ia bangga juga bisa menghamili ibunya.
“tenang, Jun. Bapakmu sudah merestui kita. Bapakmu itu cemburunya besar.
Dia tidak suka ibu hubungan sama laki-laki lain. Makanya ibu ga pernah
selingkuh. Pernah ada laki-laki yang genit sama ibu, dan lalu
ditempiling Bapakmu sampai pingsan. Tapi, kamu adalah anak laki-laki
satu-satunya yang disayangnya. Maka, ia merestui kita. Apalagi, Bapak
kamu emang udah lama mau punya anak lagi.”
Arjuna menjadi lega.
“Nah, kemarin Mas Joko pacar bapakmu itu terlibat hutang judi sehingga
sekarang rumahnya dijual. Oleh karenanya, Bapak bilang karena ibu sudah
punya kekasih di rumah, Bapak pun harus punya. Mulai hari ini, Bapakmu
akan tidur sama mas Joko di rumah ini.”
Oh, rupanya begitu, pikir Arjuna. Berhubung sekarang ibu punya rahasia
tabu, maka ayahnya berpikir untuk membawa pacarnya ke rumah. Arjuna
menjadi semangat. Akhirnya mereka berhubungan lagi di kamar ibunya. Hari
itu berhubung ayahnya tidak ada, mereka berdua bagai sepasang pengantin
yang melakukan hubungan di segala tempat.
Banyak sekali yang dibicarakan mereka, sehingga mereka lupa melakukan
hubungan seks pagi itu. Akhirnya Arjuna buru-buru mandi untuk pergi ke
sekolah. Ia hanya sempat nenen sebentar, lalu berangkat ke sekolah.
Walaupun belum ngentot ibunya hari itu, Arjuna merasa di awang-awang.
Akhirnya hubungan mereka dapat dilakukan dengan terbuka dihadapan
ayahnya.
Siangnya, Mas Joko resmi tinggal di rumah mereka. Orangnya agak lenjeh seperti bencong, dan tampaknya ini disukai ayah Arjuna.
Malam itu mereka makan di dipan seperti biasa, ditambah dengan satu
orang, yaitu mas Joko. Setelah makan dan dipan sudah dibereskan, Waluyo
merangkul Joko dengan mesra lalu mulai menciumi pipi lelaki itu.
Arjuna dan ibunya jengah. Melihat itu Waluyo berkata,
“Ga usah malu. Ini adalah jati diriku. Kalian juga tidak usah malu-malu.
Sekarang, aku ini suami isteri dengan Joko. Kamu, Dewi, sekarang adalah
isterinya anakku. Kamu, Arjuna, adalah suami ibumu. Dengan begini
semuanya senang, kan?” lalu Waluyo tertawa bahagia dan mulai mencumbu
Mas Joko lagi.
Arjuna yang selalu horny, segera merangkul ibunya dan mencium bibirnya.
Dewi yang kaget, dengan cepat membalasnya. Dua pasangan itu bercumbu di
dipan.
“Bu. Di sini rame. Arjuna mau ngemprut ibu.”
Waluyo menghentikan aksinya lalu berpaling pada Arjuna.
“Hati-hati ya, jangan terlalu keras, ada cucuku di perut isteriku. Kamu
sebagai anak harus menghormati ibu kamu walaupun kamu sedang ngentotin
ibumu.”
“Iya, Pak. Arjuna kan cinta mati sama ibu.”
Waluyo tertawa lagi.
“Bagus. Sana setubuhin ibumu. Bapak juga ga sabar mau ke kamar.”
Dengan berbunga-bunga Arjuna menarik ibunya ke kamar.
Selama ini Dewi takut kalau hamil akan membuat suaminya marah. Tapi
ternyata tidak, malah Waluyo senang. Maka Dewi menjadi sumringah
memikirkan akhirnya dapat ngentot dengan anaknya yang ganteng.
Ketika mereka sampai di kamar, Arjuna yang sudah menahan-nahan sepanjang
hari di sekolah, segera membuka baju dengan cepat dan membuangnya di
lantai. Dewi tersenyum melihat tindakan anaknya itu. Ia lalu membuka
kainnya juga. Ketika ia sedang membuka bh-nya, Arjuna yang sudah
telanjang dengan cepat menarik celana dalamnya lalu melempar celana
dalam itu asal-asalan di lantai.
Mereka berdiri berhadapan dengan telanjang bulat. Arjuna memegang kedua tangan ibunya.
“Mulai hari ini, Ibu adalah isteri Arjuna,” kata remaja itu, “kita
adalah suami isteri. Ibu sudah mengandung anak hasil hubungan kita.
Arjuna janji akan selalu mencintai ibu sampai selama-lamanya.”
Dewi terdiam. Hatinya berbunga-bunga. Ia tersenyum malu-malu bagaikan pengantin di malam pertama.
“Ibu selalu mencintai kamu, Arjuna anakku. Ibu akan jadi isteri yang
menurut, yang mengasihi kamu, merawat kamu dan memberikan apapun yang
kamu minta. Sebaiknya kamu memanggil Ibu dengan nama depan, karena
sekarang kita sudah jadi suami isteri.”
“Dewi, kekasihku. Sepertinya enak didengar. Tapi Arjuna merasa bahwa
kalau manggil Ibu juga menambah perasaan nikmat. Apalagi waktu kita
senggama. Arjuna merasa bahwa apa yang kita lakukan bertambah asyik kalo
Arjuna tetep memanggil Dewi sebagai Ibu. Dan Dewi juga harus terus
memanggil anak waktu kita bercinta. Jangan panggil nama Jun. panggil
anakku. Bagaimana menurut kamu, Dewi?”
“Aku sih terserah suami saja.”
Arjuna lalu menerkam ibunya lalu menyosor bibir ibunya dengan rakus.
Mereka berciuman sambil berdiri dengan saling berpelukan. Suara kecipak
bibir beradu mengumandang. Agak lama, Arjuna yang harus dongak merasa
lehernya pegal. Maka beringsut, ia maju perlahan mendekati tempat tidur.
Dewi mengikuti gerakan anaknya yang mendorongnya ke tempat tidur.
Mereka berciuman sampai keduanya bertindihan di kasur. Tangan Dewi
meremas-remas rambut anaknya. Sementara kedua tangan Arjuna kini
memegang dagu ibunya dari samping. Ciuman mereka basah karena lidah
mereka saling menari-nari berkejaran dan berbenturan. Arjuna menikmati
cumbuan itu. Lalu ia mulai menjilati seluruh wajah ibunya. Ibunya hanya
mendesah ketika lidah Arjuna yang basah menyapu sekujur wajahnya dari
jidat sampai dagu.
Lidah Arjuna kini menyapu leher ibunya. Dewi menggelinjang karena
perasaan geli bercampur nikmat, apalagi jilatan lidah anaknya itu
terkadang disertai cupangan-cupangan yang membuat lututnya lemas. Kedua
tangannya tetap meremas rambut anaknya. Lidah Arjuna kini menyusuri
dadanya. Arjuna menjilat belahan dada ibunya yang seperti lembah kecil
sambil sesekali mencupang daerah itu juga. Kemudian dengan rakus Arjuna
melahap tetek kanan ibunya sambil tangan kanannya meremas payudara
ibunya yang sebelah kiri.
Dewi mulai menanjak birahinya ketika dirasakannya lidah anaknya
memutar-mutar di puting payudaranya dan diselingi dengan hisapan mulut.
Terkadang mulut Arjuna menyedot pinggir payudara Dewi, bagian bawah
payudara Dewi, bagian atasnya, pokoknya setiap jengkal dada kanannya
dijelajahi oleh lidah dan mulut anaknya sehingga kini di sana-sini
terlihat bekas cupangan.
Nasib yang sama juga dialami oleh payudara kirinya. Arjuna menyerang
tetek kirinya dengan buas dan terkadang terlihat seakan Arjuna sedang
makan buah atau makanan nikmat karena mata anak itu merem melek.
Akhirnya lidah Arjuna bergerak turun sepanjang perut ibunya sampai
akhirnya berhenti di pusar ibunya. Di situ Arjuna menyedoti pusar ibunya
dengan seru. Kemudian perlahan lidah Arjuna mulai menjilati bagian
bawah perut ibunya sampai akhirnya tiba di semak belukar milik ibunya.
Kini Arjuna mulai menjilati seluruh jembut ibunya bagaikan anjing yang
sedang minum.
“Memek ibu, anakku…… jilatin memek ibu donk…….”
Arjuna lalu berlutut di bawah kaki ibunya, lalu membuka bibir luar
vagina ibunya sehingga merekah. Dinding memek ibunya terlihat sedikit
mengkilat karena basah oleh cairan organ intim ibunya sendiri. Bau tubuh
ibunya tercium jelas dari lubang pernakan itu. Arjuna menjilati memek
ibunya.
“Oooh…… anakku…… cah bagus……….. begitu…… iya…… jilatin terus memek ibu
kamu……… memek ini pernah kamu lewatin waktu kamu lahir. Dari memek ibu
kamu lahir, sekarang kamu berkunjung lagi dan membersihkan memek ini…..
Ooooooh……. Iya…… yang keras……..”
Arjuna mulai merogoh lubang kencing ibunya dengan lidahnya. Ada campuran
bau pesing dan bau tubuh ibunya di daerah itu. Arjuna memainkan
klitoris ibunya dengan telunjuk kanannya sementara lidahnya
mengoyok-oyok dinding dalam memek ibunya dengan bersemangat.
Tak lama mereka berdua keringatan. Memek ibunya telah basah kuyup karena
campuran keringat dan cairan kewanitaan. Arjuna suka sekali memek
ibunya, bagaimana baunya dan rasanya di lidah menyatu menjadi suatu bau
yang sangat erotis.
Dewi mendekap kepala anaknya lalu mendorong kepala itu sehingga kini
seluruh mulut Arjuna mampir di vaginanya. Arjuna menjilati dinding memek
ibunya dengan membuat gerakan memutar.
“kocok memek ibu dengan lidah kamu, anakku…….. jilat terus, anakku,
isep-isep terus memek ibu, anakku…… anak pinter………… nikmaaaaat…..”
Akhirnya Dewi sudah tidak tahan. Ia pun sepanjang hari memikirkan momen
ini. Momen dimana puncak kenikmatan sejati akan mereka berdua raih.
Hubungan kelamin adalah puncak hubungan dua orang manusia. Dan mereka
sedang berusaha menggapai puncak itu. Maka Dewi berkata,
“Udah dulu, anakku…. Sekarang masukkan kontol kamu ke memek ibu kamu……
gagahi ibu……. Setubuhi ibu kamu……… ayo, sayang………. Anakku…… kembali ke
rahim ibu kamu……. Ayo bersatu dengan ibu……. Kita jadi satu tanpa ada
yang memisahkan kita………”
Mendengar ibunya berbicara seperti itu, birahi Arjuna meledak. Ia segera
bangkit lalu menuntun rudalnya ke hadapan liang senggama ibunya. Ibunya
meraih ujung kontolnya lalu menempatkan kepala kontolnya tepat di ujung
lubang kencing ibunya itu.
“Dorong, nak……… masukkan kontolmu ke dalam memek ibu kamu……… inilah
waktu yang kamu tunggu-tunggu…… mari bersenggama dengan ibu………. Entotin
ibu, nak……. Entotin ibumu ini, nak…… gagahi ibu, nak………. Jajah rahim ibu
dengan pasukan spermamu, nak….”
Arjuna dengan tenaga penuh mendorong pantatnya ke depan. Serta merta
kontolnya ambles ke dalam liang senggama ibunya yang licin dan sempit
itu.
“enaknya!!!!!!!” teriak Arjuna.
Mulailah ibu dan anak itu berpacu dalam kenikmatan tabu. Arjuna
menggenjot tubuh ibunya dengan semangat berkobar-kobar, pantatnya maju
mundur untuk menggerakkan burungnya keluar masuk sarang walet ibunya.
Sementara, Dewi asyik mengimbangi dengan pantat yang diputar sambil
didorong dan ditarik, gerakan spiral yang membuat rudal anaknya seakan
mengebor dinding liang senggamanya.
Kedua tangan mereka berpelukan erat, sementara kaki Dewi melingkari
tubuh bawah anaknya dengan kedua lutut menjepit kedua paha atas anaknya
itu untuk membantu ketika ia mendorong pantatnya sambil menarik tubuh
anaknya dengan kedua kakinya itu sehingga waktu selangkangan mereka
beradu terdengarlah bunyi benturan khas orang lagi ngentot.
Di lain pihak, Arjuna kini asyik menyusui payudara kiri ibunya.
Disedotinya pentil ibunya yang telah tegak berdiri sambil terkadang
lidahnya disapu secara memutar di puting ibunya itu. Dewi yang sekarang
sudah terbebas dari perasaan takut akan suaminya, kini secara lepas
mengerang, merintih bahkan bersuara keras menikmati hujaman demi hujaman
kontol anaknya yang menggagahi memeknya berulang-ulang.
“Anak baik…….. entoti ibu, nak……. Entoti yang keras……….. pakailah ibu
sesukamu, nak…… gagahi ibu terus……. Tusukkan kontolmu keras-keras di
memek ibu……… aaaaahhhhhh……….. terus, nak…… terus, sayaaaaang…….. jangan
berhenti…….”
Ruangan kini dipenuhi suara erangan dan seruan kenikmatan Dewi ditambah
dengan suara selangkangan yang beradu. Memek Dewi memancarkan bau tubuh
perempuan dewasa yang sedang birahi selain itu aroma ketiaknya juga
memperjelas bau tubuhnya itu, apalagi setelah beberapa menit ia
berkeringat deras. Arjuna pun kini mandi keringat. Bau tubuhnya dan bau
tubuh ibunya membaur dan menguasai ruang tidur mereka. Kamar ini penuh
dengan aroma seks.
Arjuna dapat merasakan tubuhnya mengeluarkan peluh, sementara tubuh
ibunya juga sudah licin karena basah oleh keringat juga. Keringat mereka
kini bercampur saling menempel di kulit masing-masing. Tubuh ibunya
memang dibuat untuk dientot Arjuna, pikir anak remaja itu. Tubuh ibunya
terasa halus dan empuk dan hangat, sementara memek ibunya serasa sangat
pas bagi kontolnya. Seakan-akan kontolnya telah memasuki suatu cetakan
yang tepat sekali ukurannya.
Arjuna merasa melayang di langit ketujuh. Ia sungguh menikmati
persetubuhannya dengan ibunya. Bau tubuh ibunya selalu memabukkan
dirinya, kini memek ibunya juga menjadi sesuatu yang seperti candu
baginya. Ia merasa tidak akan pernah bosan ngentotin ibunya.
Mulut Arjuna kini menjelajah setiap jengkal payudara ibunya. Segala hal
yang dapat dilakukan mulutnya untuk merasakan kulit payudara ibunya
telah dilakukannya. Menjilat, menyedot, mengecap, mencupang bahkan
menggigit perlahan dilakukannya terhadap payudara ibunya itu.
Setelah payudara kiri ibunya itu telah habis dijelajahinya, meninggalkan
bekas cupang di sana sini dan air liur yang bercampur dengan keringat
mereka, Arjuna lanjut mengeksplorasi payudara ibunya yang satu lagi.
Dewi merasa bahagia sekali. Ia akhirnya dapat berhubungan badan dengan
anaknya tanpa takut apa-apa lagi. Ijin dari sang suami menambahkan
perasaan euphoria bagi Dewi. Kini ia tidak menahan-nahan nafsunya lagi
melainkan melepaskan segala birahinya dengan anaknya. Telah belasan
tahun Dewi hidup tanpa dijamah lelaki, kini adalah saatnya untuk
menggantikan semua waktu yang lewat di mana tak ada belaian pria
baginya.
Kini, anak laki-lakinya sendiri, darah dagingnya, menjadi pemuas birahi
baginya. Kini, Dewi dan anaknya menjadi satu. Tidak ada penghalang
satupun di antara mereka. Kedua organ intim mereka menjadi satu,
mengirimkan sinyal-sinyal kenikmatan ke seluruh tubuh, mematikan segala
logika di otak dan meniadakan suara hati. Nafsu primordial kini
menguasai akal budi mereka.
Gerakan keduanya menjadi suatu tarian harmonis dua insan berlainan
jenis. Mereka saling mendorong dan menarikkan pantat pada saat yang
bersamaan. Mereka sedang menarikan tarian yang paling tua di sejarah
manusia. Tarian reproduksi.
Lama-kelamaan gerakan mereka berdua semakin cepat dan keras. Keduanya
berpacu mencapai garis finish, yaitu saat yang paling ditunggu-tunggu
semua orang yang sedang berhubungan seksual. Suatu keadaan di mana waktu
seakan berhenti, di mana panca indera bagaikan mati, di mana dunia
tidak lagi menjadi persoalan. Yang ada hanya aku dan pasanganku yang
sedang menggapai puncak kenikmatan.
Arjuna mengentoti ibunya terus. Selama sekitar lima belas menit ia
menghujami kemaluan ibunya dengan kemaluannya sendiri. Liang vagina
ibunya begitu hangat dan basah sehingga batang kontolnya meluncur dengan
mudah di tempat yang sempit itu. Walaupun dinding dalam memek ibunya
menghimpit dan menjepit kontolnya dengan kuat, namun justru ketika
batang kontolnya bergesek sepanjang dinding kemaluan ibunya itu yang
menciptakan suatu sensasi yang paling nikmat yang pernah ia rasakan.
Tidak ada satupun hal di dunia yang lebih enak dari ngewe, pikir Arjuna.
Apalagi aku sedang menggauli ibu sendiri. Sungguh hubungan sedarah
memang paling top.
Tiba-tiba Dewi memeluk anaknya erat-erat pada kedua tangan dan kakinya sambil berkata,
“Ibu sampeeeeeeeee…………………………….. Juuuuuuuuuuuuuuuun……..”
Dinding vagina ibunya berkedut-kedut seakan mulut yang membuka menutup.
Arjuna yang juga mendekati klimaks sebelum ibunya orgasme, menjadi tak
tahan lagi. Sensasi memek ibunya yang membuka menutup itu mengirimkan
sinyal yang kuat pada tubuhnya. Akhirnya tak berapa lama setelah ibunya
mulai orgasme, Arjuna pun mencapai puncak kenikmatan itu. Kontolnya
melepaskan air mani ke dalam rahim ibunya yang sudah terisi janin. Janin
yang didapat dari Arjuna sendiri. Arjuna menekan dalam-dalam kontolnya
pada memek ibunya yang sedang kontraksi, sehingga selangkangan mereka
menempel keras.
Dewi yang sedang orgasme merasakan kontol anaknya menekan keras, gerakan
hujaman itu, ditambah dengan dorongan pantat Dewi sendiri membuat
sedikit ujung kontol anaknya melewati liang senggamanya. Hampir setengah
senti kontol anaknya menembus liang senggamanya dan mencapai ke dalam
rahimnya. Kemudian Dewi merasakan kontol anaknya itu menumpahkan
spermanya langsung ke dalam rahimnya.
“Kamu di rahim ibuuuuuuuuuuuuuuuu………. Kamu masuk ke rahim ibu lagiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii…”
Arjuna dapat merasakan sedikit ujung kontolnya melewati lingkar lubang
kencing ibunya. Rupanya kontolnya telah masuk begitu jauhnya dan sampai
di rahim ibunya. Saat itu ia dapat merasakan tubuh ibunya, terutama
pinggul ke bawah bergetar seakan menggigil, lubang vagina ibunya
mencengkram batang kontolnya dengan kuat sekali, saat itulah ia
melepaskan pejunya di dalam rahim ibunya.
“lobang memek ibu pepet bangeeeeeeeeeeet…….. Arjuna ngecrooooooot…………….
Arjuna ngecrotin ibuuuuuuuuuuuu……….. terima mani Arjuna,
buuuuuuuuuuuuu………………….”
Setelah berkedut-kedut sampai tujuh kali, Arjuna merasakan tubuhnya
begitu letih lalu merebahkan dirinya dengan tetap menindih ibunya. Dewi
kali ini merasakan orgasme yang paling hebat yang pernah ia rasakan.
Pengalaman ini begitu melelahkan sehingga ia pun menjadi lemas dan lalu
telentang pasrah. Keduanya tertidur dengan bibir yang tersenyum karena
baru saja mengalami kenikmatan yang tiada bandingnya.
Kehidupan keluarga Waluyo kini berbeda. Mereka semua menjadi keluarga
yang bahagia luar dalam. Walaupun mereka tidak kaya, namun dalam soal
batin, mereka sudah mencapai kepuasan. Namun, yang namanya dunia memang
tidak dapat diperkirakan. Arjuna awalnya bahagia karena setiap hari
dapat menggarap ibunya. Tetapi, setelah tiga bulan ibunya mulai
uring-uringan dan kadang marah-marah untuk hal-hal yang ga begitu jelas.
Kata Waluyo, itu bawaan orok. Alhasil, tidak setiap hari Arjuna dapat
menyetubuhi ibunya. Ketika bulan kelima, maka perut ibunya telah besar,
jatah preman Arjuna menjadi berkurang lagi. Ibunya berusaha menjaga
kandungannya, alasan ibunya. Jadi, Arjuna hanya dapat jatah paling
banyak empat kali dalam seminggu, itu juga kadang-kadang. Lebih banyak
ibunya mengasih jatah dua kali dalam seminggu.
Waktu bulan ke lima itulah, ada perubahan dalam keluarga Waluyo.
Fauziah, mantan isteri Waluyo dan anak pertama Waluyo dari Fauziah,
yaitu Annisa, datang ke rumah mereka. Maka, kisah ini mulai berkembang……
BAB VIII
KELUARGA BESAR WALUYO
Pada pertengahan bulan Juni, Fauziah dan anaknya datang ke rumah Waluyo.
Anak-anak sekolah baru saja beberapa hari memulai libur panjangnya.
Arjuna sedang membantu ayahnya dan Mas Joko bekerja di sawah. Menjelang
pukul 2, Dewi datang diikuti oleh dua orang perempuan. Arjuna dapat
melihat keduanya cantik. Fauziah berkulit putih dan hampir setinggi
ayahnya. Dari perawakan dan raut muka, Arjuna dapat melihat bahwa
perempuan dewasa itu keturunan Arab. Annisa, anak Fauziah, juga memiliki
kulit putih, namun hidungnya tidak semancung hidung ibunya, tapi tetap
saja ia terlihat sangat cantik. Postur tubuhnya tidak setinggi Fauziah
tapi sepantaran Dewi.
Waluyo yang sedang beristirahat dengan duduk di sawung, lagi asyik
merokok sambil bersenda gurau dengan gendaknya, yaitu Mas Joko. Ia
terlihat terkejut ketika melihat kedatangan mereka. Arjuna memperhatikan
ayahnya yang sekarang sudah berdiri dan menghampiri ketiga orang yang
baru datang itu.
“Papaaaaaa………………..” teriak Annisa tertahan lalu menubruk Waluyo. Waluyo
tercengang namun mengelus kepala anaknya sambil matanya memperhatikan
Fauziah.
“Mas. Aku bawa Annisa berkunjung ke sini. Ia sudah kangen dengan
papanya,” kata Fauziah menjelaskan. Waluyo hanya mengangguk perlahan.
Tak lama kemudian Fauziah meminta untuk bicara empat mata dengan Waluyo
lalu mereka bergeser agak jauh hingga pembicaraan mereka tidak dapat
terdengar oleh yang lain. Sementara itu, Annisa langsung menubruk Arjuna
dan berkata,
“Adiiiiik……………….. Kakak dari dulu pengen punya adik, ternyata sekarang sudah terkabul. Kakak senang bisa ketemu kamu.”
Arjuna tak dapat berkata-kata. Segalanya terjadi begitu cepat. Tentu
saja ia tahu bahwa ia punya kakak yang tinggal di Kalimantan. Hanya saja
tak pernah disangkanya bahwa mereka akan bertemu. Segala rasa bahagia,
haru dan kaget bercampur menjadi satu sehingga Arjuna merasakan
kebingungan menghadapi semuanya.
Annisa ternyata cukup bawel. Tanpa melepas pelukannya, gadis muda itu
nyerocos terus, menceritakan kehidupannya di Kalimantan bersama ibunya.
Arjuna hanya mendengarkan tanpa membalas ocehan kakaknya. Namun, di lain
pihak, ia mulai merasakan dadanya ditekan oleh kedua payudara kakaknya
itu. Terasa oleh Arjuna, kedua toket kakaknya cukup besar dan kenyal,
sesuatu yang tak terlihat sebelumnya karena baju longgar yang dipakai
gadis itu. Walaupun tidak sebesar melon ibunya, tapi buah dada kakaknya
itu cukup membuat si otong milik Arjuna mulai mengeras.
Untung saja akhirnya Annisa melepaskan pelukannya lalu menarik Arjuna
untuk duduk di sawung untuk kemudian kembali berceloteh kepada Arjuna.
Hari itu bergerak cepat bagi Arjuna. Entah bagaimana, tahu-tahu sudah
malam, dan mereka sekeluarga makan malam di rumah Waluyo. Kedatangan
mereka merubah keadaan harmonis keluarga Waluyo, karena sekarang Waluyo,
Dewi, Joko dan Arjuna tidak bebas lagi mengumbar syahwat di rumah.
Namun ada satu kelebihannya, kini ayahnya dan Joko tidur di bale,
Fauziah dan anaknya tidur di kamar yang dulunya milik Arjuna, dan Arjuna
dengan ibunya tetap tidur di kamar utama. Setidaknya Arjuna dapat
menggarap ibunya ketika ibu tirinya dan kakak tirinya itu telah
tertidur, pikir Arjuna.
Namun, mendapatkan hubungan seks tidaklah segampang rencananya. Ibunya
masih sering uring-uringan dan menolak ajakan Arjuna berhubungan seks.
Apalagi ditambah dengan alasan bahwa ada tamu di kamar sebelah. Arjuna
menjadi frustasi.
Kehidupan menjadi berubah. Kini Arjuna ditugasi menemani kakaknya
sehingga tidak perlu ke sawah. Maka Arjuna mengajak kakaknya jalan-jalan
dan bermain sepanjang hari. Rasa rindu punya adik membuat Annisa tidak
mau jauh dari Arjuna. Mereka berdua saling bercerita satu sama lain
mengenai kehidupan mereka sehari-hari. Arjuna jadi merasa mempunyai
sahabat baru, teman cewek yang baru. Annisa bisa dibilang sangat baik.
Berhubung Fauziah adalah orang kaya, maka Annisa mempunyai uang yang
tidak sedikit pula. Pada hari ketiga mereka menginap, Annisa meminta
adiknya untuk mengantar ke kota kabupaten untuk melihat-lihat keadaan.
Di sana, mereka berkunjung ke pasar tradisional, dan Annisa lalu
membelikan adiknya macam-macam barang. Mulai dari mainan, baju, celana
dan lain sebagainya. Tentu saja yang lain juga dapat, seperti ayah, ibu
dan mas Joko, tetapi Arjunalah yang paling banyak dibelikan barang.
Walaupun dalam segi seksual Arjuna merasa merana, tapi di lain pihak
Arjuna merasa senang sekali bergaul dengan Annisa berhubung Annisa itu
sangat baik lagi royal kepadanya. Arjuna pun merasa senang dengan
perhatian kakaknya kepadanya. Annisa sering menggandeng, memeluk bahkan
mencium pipi Arjuna ketika mereka berdua. Annisa tidak tahu, bahwa
semakin lama Arjuna menjadi semakin horny karena perlakuannya.
Malamnya, Arjuna setengah memaksa ibunya untuk berhubungan badan. Namun
tetap saja ibunya menolak sehingga mereka bertengkar kecil. Mereka
bertengkar sambil berbicara perlahan, namun lama kelamaan dari bisikan
mereka jadi berbicara sedikit lebih keras dan akhirnya ibunya setengah
menghardik lalu berkata,
“Ya udah sekali ini saja. Abis itu kamu harus belajar puasa sampai mereka pulang. Ngerti?!”
Dewi lalu membuka kainnya. Ia telanjang bulat di balik kainnya itu.
Arjuna melihat ibunya yang hamil namun tidak merasa muak. Justru Ia
bangga karena yang membuat hamil ibunya adalah dia sendiri. Kedua
payudara ibunya mulai membengkak perlahan sehingga bertambah besar
dibanding keadaanya sebelumnya. Perut ibunya yang sedang hamil bagaikan
bukit besar dihiasi dua bukit kecil di atas dan hutan bakau di bawah.
“Jilat dulu biar basah,” bisik ibunya,” terus kamu langsung sodok saja. Ibu capek.”
Maka Arjuna mulai menjilati memek ibunya dengan semangat. Ia menjilati
vagina ibunya sampai akhirnya selangkangan ibunya dipenuhi air liurnya
dan juga cairan pelumas yang keluar dari organ intim ibunya.
Dewi mulai merintih pelan. Ia berusaha menahan suaranya, namun Arjuna
yang kini sudah sangat ahli dalam hal jilat-menjilat puki, membuat
birahi Dewi kembali terbangkit. Apalagi cara jilat Arjuna sudah sangat
profesional. Lidah Arjuna menyapu sekeliling memeknya dulu, termasuk
jembutnya, baru kemudian perlahan menyapu ringan di bibir luar
vaginanya. Setelah beberapa lama asyik menjilati bibir luarnya, barulah
lidah itu perlahan-lahan betambah tekanannya sehingga akhirnya Arjuna
menjilat dengan gaya anjing meminum air. Setelah bibir luar organ intim
Dewi sudah kuyup oleh air liur, Arjuna mulai membuka kedua bibir itu
dengan kedua tangannya, lalu mencelupkan lidahnya ke bagian dalam vagina
ibunya.
Lidah itu mula-mula menyusuri pinggiran lubang vagina Dewi, lalu
menyusuri bagian dalam bibir luar memeknya, tanpa menyentuh klitoris.
Dewi akhirnya horny berat lalu berbisik,
“Jilatin kelentitnya dong……”
Tanpa disuruh untuk kedua kalinya, Arjuna mulai menjilati klitoris
ibunya, namun dengan jilatan ringan sehingga bagai menggelitik saja
sehingga Dewi akhirnya memegang kepala anaknya lalu menariknya sehingga
lidah dan mulut Arjuna bagaikan dibenamkan di selangkangan Dewi.
Arjuna segera menyedot-nyedot kelentit ibunya.
“Auuuuuh!………. Sssssh……” rintih ibunya. Ia lupa sejenak bahwa seharusnya
ia tidak menimbulkan suara keras, namun terlanjur. Karena erangan
pertama itu dapat terdengar jelas, baru setelah ia sadar, maka ia
menahan suaranya dan berusah merintih dengan pelan saja.
Mulut Arjuna kini dengan buas mengenyot dan menjilati daerah klitoris
ibunya. Memek ibunya kini basah kuyup oleh cairan kewanitaan.
“masukin aja……” bisik ibunya memerintah.
Arjuna segera duduk di kaki ibunya, menarik sarungnya keatas sehingga
kontolnya terbuka. Ia kemudian mengarahkan kontolnya ke lubang kencing
ibunya. Ketika kepala kontolnya menancap di pinggir lingkar permulaan
liang senggama ibunya, maka Arjuna mendorong dengan cepat sehingga dalam
satu gerakan kontolnya ambles masuk ke dalam vagina ibunya.
Berhubung ibunya sedang hamil, Arjuna tidak bisa menindih ibunya,
sehingga semenjak perut ibunya buncit, ia selalu duduk dengan kaki
diluruskan di samping kiri kanan tubuh ibunya, lalu mengentot ibunya
dengan posisi ini.
Sambil duduk, Arjuna menggoyangkan pantatnya maju mundur. Ibunya juga
mulai menyamakan irama ngewe mereka. Terdengar suara klepok klepok
selangkangan beradu. Walaupun mereka berusaha tidak menimbulkan suara
yang keras, tetap saja dalam keheningan malam, suara selangkangan beradu
pelan itu dapat terdengar. Namun mereka berdua tidak memikirkan hal
itu.
Dewi menikmati tiap tusukkan kontol anaknya. Ingin rasanya ia memeluk
anaknya, namun karena kondisi perut yang sudah buncit maka tidak bisalah
ia melakukannya. Arjuna, di lain pihak, juga merasa ada yang kurang
dengan posisi ini. Tapi tiada rotan akar pun jadi. Selama kontolnya bisa
mencangkul liang senggama ibunya, maka Arjuna merasa cukup puas.
Akhirnya mereka berdua mencapai orgasme. Arjuna kembali memuntahkan
spermanya di dalam rahim ibunya. Lalu mereka berdua tertidur.
Keesokan hari, Fauziah mengajak Dewi ke kota kabupaten. Gantian,
katanya. Sehingga kini Arjuna dan Annisa hanya berduaan di rumah.
Sepanjang pagi itu tumben-tumbennya Annisa tidak mengoceh dengan bawel
seperti biasa. Ia hanya berbicara seperlunya dengan Arjuna. Arjuna
berfikir bahwa mungkin kakaknya bete karena tidak diajak oleh ibunya.
Mereka sedang duduk di bale. Belum tengah hari. Annisa tiduran di bale
sambil matanya menatap langit-langit bale. Ia tidak berbicara melainkan
tampak seperti orang bengong.
“Kak Annisa bete ya ditinggal Mama Fauziah?” tanya Arjuna basa-basi.
Annisa seakan tersadar dari lamunannya. Lalu berkata,
“Enggak, kok.”
“trus kenapa diam aja dari tadi?….”
“soalnya ada sesuatu yang Kakak pikirin….”
“boleh tahu apa?”
Annisa memandang adiknya beberapa saat lalu berkata,
“Dik, kamu kenapa berhubungan seks dengan ibu kamu sendiri?”
Arjuna gelagapan. Rupanya Annisa kemarin menyaksikan ia ngentot dengan ibunya.
“eee… engaak kok…..” jawab Arjuna.
“Alaaaah….. Kakak tadi malem kan melihat kamu begituan sama ibu kamu.”
Ketika Annisa melihat adiknya menjadi gelagapan dan hanya bisa menjawab dengan menggelengkan kepala, Annisa berkata lagi,
“Kemarin malem Kakak dengar kamu bertengkar dengan Mama Dewi, Kakak jadi
penasaran. Terus kakak lihat dinding rumah kan enggak tinggi, jadi
kakak manjat ke situ untuk lihat. Abis ga ada hiburan di rumah ini. TV
aja ga ada. Maka Kakak lalu penasaran mendengar kalian bertengkar sambil
bisik-bisik.
“Ketika kaka sudah di atas dan mengintip kalian. Itu saat Mama Dewi
membuka Kain, lalu kamu ciumin itunya Mama Dewi. Kamu ga jijik apa?”
Arjuna menggeleng.
“Aneh. Abis jilatin Mama Dewi terus kamu masukkin itu kamu ke dalam
itunya Mama Dewi. Itu namanya berhubungan seksual, Dik. Dan seharusnya
kamu hanya boleh begituan sama isteri yang sah. Ga boleh kalau belum
nikah. Apalagi kamu begituin ibu kamu sendiri. Kenapa kamu berdua bisa
melakukan itu sih?”
Arjuna masih gelagapan. Akhirnya berkata,
“so… soalnya enak, kak………..”
“enak banget. Arjuna jadi kecanduan.”
“Mama Dewi juga membiarkan kamu begitu. Itu salah. Apalagi dia sedang
mengandung adik kamu. Sebelumnya kalian bertengkar karena Mama Dewi
menolak, kan? Mungkin karena terlalu sayang akhirnya ngalah sama kamu.”
“tapi, Kak. Itu bukan adik Arjuna…..”
“Maksud kamu?”
“yang dikandung ibu, itu adalah anak Arjuna. Kami sudah setengah tahun
ini melakukannya. Ibu menolak karena ada Kakak dan Mama Fauziah di
sebelah kamar. Kalau kalian ga ada, pasti ibu ga akan nolak,” kata
Arjuna berbohong sedikit. Karena ibunya menolak bukan hanya karena ada
tamu, melainkan karena bawaan orok pula.
“Kok gitu? Jadi Mama Dewi mau digituin kamu? Anaknya sendiri?”
“Ya iya lah. Kalau dianya ga mau, udah dari dulu Arjuna diusir, kali.
Ibu mau, karena ibu juga menikmati. Soalnya enak banget rasanya.
Emangnya Kakak belum pernah begituan?”
“Ya belum, donk. Aku kan masih perawan. Tapi kata temanku yang udah, emang enak rasanya.”
“Teman kakak ga bohong. Enak banget. Apalagi kalau sama keluarga sendiri, nikmatnya bertambah dua kali lipat.”
Annisa terdiam.
“Kakak mau coba?”
“Hush! Ga boleh sama keluarga begituannya. Harus sama orang lain.”
“Maksudnya Kakak, siapa aja boleh, asal bukan keluarga?”
“bukan begitu, Dik. Yang Kakak maksud, orang yang kita cintai. Pasangan kita yang sudah sah. Udah nikah.”
“Begini, Kak. Arjuna setuju. Harus orang yang kita cintai dan sayangi.
Nah, Ibu dan Arjuna kan saling menyayangi dan mencintai. Kenapa ga
boleh? Bahkan, bila nanti Arjuna menikah, rasa sayang kepada ibu ga akan
hilang. Mungkin lebih besar dibanding sayang kepada isteri. Coba
pikir…..”
Annisa terdiam.
“Gini aja deh. Kakak lebih baik coba sendiri deh…”
“Maksud kamu?”
“biar kakak tahu enaknya. Jadi kakak nanti ga akan mengatakan lagi bahwa
ga boleh berhubungan seks dengan keluarga. Soalnya kalo dicoba pasti
deh ga akan nolak lagi, kayak Ibu Arjuna.”
“cobain sama siapa?”
“Ya sama Jun lah…”
“Ih…. Ga mau! Kakak mau tetap perawan sebelum menikah.”
“Kalau soal itu sih gampang. Kita ga usah melakukan hubungan dengan organ intim.”
“Maksudnya?”
“Gimana kalau Jun jilatin itunya Kakak aja. Toh kakak akan tetap perawan. Gimana?”
“ga mau!”
“Cobain dulu deh. Nanti kalau ga suka, Arjuna ga akan minta lagi. Apa Kakak ga penasaran rasanya gimana?”
Annisa terdiam lagi. Ia merasakan memeknya mulai basah membicarakan
masalah seks dengan adiknya. Annisa memang punya pacar, tapi hubungannya
hanya sejauh ciuman saja. Bagaimana ya, rasanya dicium di bagian memek?
Arjuna terus membujuk kakaknya dan menjanjikan kenikmatan yang tak
pernah Annisa rasakan. Annisa berusaha menolak, namun lama kelamaan ia
jadi terdiam malu, karena ia merasa kok mulai bernafsu dan ingin juga
mengetahui rasanya dijilat kemaluannya.
Annisa kini terdiam. Arjuna yang masih membujuk-bujuk melihat perubahan
itu. Apakah kakaknya mulai horny dan penasaran? Arjuna melihat Annisa
yang memakai daster anak muda dengan rok yang di atas lutut tampak
seksi.
“gimana, Kak?” tanya Arjuna, kali ini menaruh tangannya di atas paha kakaknya yang tertutup rok daster.
“tck….. kamu gila….” Kata Annisa perlahan. Namun tidak ada nada marah di suaranya.
“Enak lo, kak,” kata Arjuna sambil kini mengelus paha kakaknya. Tidak
ada perlawanan. Arjuna perlahan menyelusupkan tangganya ke bawah rok
kakaknya lalu mengelus langsung paha putih kakaknya itu.
Annisa memasang tampang cemberut. Keningnya berkerut. Namun di mata
Arjuna, kakaknya jadi seksi sekali. Arjuna merebahkan diri disamping
kakaknya. Wajahnya hampir sejajar dengan wajah kakaknya. Dengan gerakan
ini, rok kakaknya menjadi tersingkap.
“Mau ngapain?” tanya Annisa.
“Pemanasan dulu, biar enaknya lebih terasa.”
Arjuna mencium bibir Annisa. Sementara tangannya sudah memegang
selangkangan kakaknya yang masih terbalut CD. Merasakan sentuhan adiknya
itu Annisa membuka mulutnya untuk mendesah. Ia sudah mulai horny,
apalagi ketika pahanya dielus-elus adiknya. Memeknya jadi geli. Sekarang
memeknya yang diusap-usap membuat seluruh tubuh Annisa merinding
jadinya.
Mulut Annisa yang membuka ketika dicium membuka kesempatan untuk lidah
Arjuna masuk. Annisa dapat merasakan lidah hangat adiknya menerobos
mulutnya. Annisa menjadi bernafsu juga. Ia mendekap kepala adiknya
dengan kedua tangannya, lalu membalas lidah adiknya itu.
Kini mereka secara buas berciuman. Saling mengecup, menyedot dan mencium
bibir, sementara lidah mereka terkadang berkelahi saling menempelkan
liur ke lawannya. Tak lama bibir mereka sudah dilapisi cairan campuran
liur mereka berdua. Suara orang cipokan terdengar berkali-kali
ditingkahi suara desahan seorang gadis dan seorang remaja lelaki.
Tangan Jun kini bukan hanya mengelus-ngelus selangkangan kakaknya.
Tetapi sudah menyelusup masuk, membelai sepanjang jembut tipis lalu
mulai menggosok pelan bibir memek kakaknya. Memang enak. Baru
dielus-elus saja enak, pikir Annisa.
“enak, nggak?” tanya Arjuna di sela-sela kesibukannya menciumi bibir kakaknya.
“banget,” kata kakaknya lalu meneruskan acara ciuman mereka.
Jari-jemari Arjuna kini mulai mengusap-usap klitoris kakaknya. Annisa
melenguh lalu melepaskan ciuman dan mendongakkan kepalanya ketika
merasakan kelentitnya digosok-gosok. Arjuna melihat leher putih kakaknya
terbuka, langsung ia mengenyot leher itu. Annisa tak pernah merasakan
nikmatnya birahi, kini lehernya disedot sementara memeknya
dikobel-kobel, sehingga Annisa bagaikan mabuk berat oleh kenikmatan,
tubuhnya menggelinjang karena birahi dicampur geli dan rasa seperti
disetrum listrik di kemaluannya, namun setrum yang ini hanya
mengakibatkan rasa kejut-kejut enak.
Tiba-tiba Arjuna melepaskan mulutnya dari leher kakaknya dan
meninggalkan bekas cupangan merah gelap, lalu ia bersimpuh di bawah kaki
kakaknya yang ngengkang. Disingkapnya rok kakaknya sampai kepinggang,
lalu ia memelorotkan CD kakaknya sehingga hanya melingkari sebelah kaki
kakaknya. Lalu kepalanya terjun ke selangkangan kakaknya itu.
Annisa melihat dengan harap-harap cemas gerakan adiknya. Ketika mulut
adiknya menyentuh kemaluannya, Annisa merintih keras. Lidah itu begitu
liar berdansa di kemaluannya. Menyusup di celah-celah dan menyusuri
organ intimnya itu dengan begitu bernafsu, menjelajahi tiap jengkal
memeknya yang sudah basah oleh cairan pelumas.
Arjuna dapat mencium bau tubuh kakaknya yang berbeda dengan ibunya. Bau
tubuh kakaknya tidak setajam ibunya, melainkan bau yang menusuk hidung
secara perlahan namun lama-kelamaan menguasai indera penciumannya itu.
Bau memek kakaknya ternyata walaupun berbeda dengan ibunya, tapi juga
membuat Arjuna mabuk kepayang.
Disedotinya klitoris kakaknya. Annisa kini menjadi liar. Ia mendekap
kepala adiknya, lalu mendekapkan kepala itu ke selangkangannya,
sementara, pantat Annisa kini maju mundur secara cepat dalam gerakan
ngentot yang liar. Annisa kini mengentoti muka adiknya dengan kalap.
“Diiiiik……………….. diiiiilkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk…… aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaargh……………”
Arjuna merasakan memek kakaknya seakan banjir oleh cairan hangat.
Nafsunya sudah sampai ubun-ubun sehingga buta akan segalanya, ia segera
beringsut duduk, menaruh kontolnya di lubang kakaknya, lalu menghujamkan
kontolnya dalam-dalam sekuat tenaga sehingga dalam gerakan yang cepat
dan kuat kontolnya ambles ke dalam liang senggama kakaknya.
Annisa sedang mengalami orgasme. Tiba-tiba ia merasakan sakit di
memeknya dan tubuh adiknya yang menindihnya. Annisa ingin berontak, tapi
orgasmenya sedang berlangsung sehingga ia rasa tanggung sekali. Oleh
karena itu, ia hanya bisa memeluk adiknya erat-erat dengan tangan dan
juga kaki, untuk menahan rasa sakit itu.
Ketika kontolnya masuk ke dalam memek kakaknya, Arjuna merasakan
gencetan dinding kemaluan kakaknya yang amat keras, berhubung masih
perawan, dan ia merasakan kontolnya merobek sesuatu, keperawanan
kakaknya. Ia telah memperawani kakaknya sendiri! Pikiran ini membuat
birahinya yang dipuncak menjadi meledak bagaikan gunung meletus.
Arjuna hanya sempat lima kali mengocok memek kakaknya dan setelah itu ia
langsung ejakulasi di dalam kemaluan kakaknya. Arjuna menjadi lemas
lalu rebah menindih kakaknya. Ia beringsut turun dari tubuh kakaknya,
namun kakaknya yang telah selesai orgasme juga menahan tubuhnya agar
tidak bergerak.
“jangan bergerak, dik. Sakit. Diem dulu.”
Maka mereka bertindihan selama beberapa menit. Kontol Arjuna hanya
melemas sedikit, sehingga masih dapat tinggal di dalam memek kakaknya.
Arjuna beringsut duduk.
“jangan dulu, dik,” kakaknya mencegahnya.
“enggak dikeluarin, kok. Arjuna Cuma mau duduk. Kesian kakak ditindih terus.”
Setelah duduk, Arjuna mulai mengangkat daster kakaknya.
“Buka, kak. Arjuna pengen lihat kakak telanjang.”
Annisa berfikir bahwa sudah tanggung, ia sudah diperawani, maka tidak
apa kalau adiknya mau lihat. Maka Annisa membuka dasternya. Annisa kini
hanya berbalut BH, dan Arjuna pun minta kakaknya buka. Annisa menurut.
Kini, di hadapan Arjuna kakaknya berbaring telanjang. Teteknya tidak
begitu besar, mungkin setengah lebih dibanding tetek ibunya yang sebesar
buah kelapa yang diparut. Namun bentuknya beda dengan ibunya. Kalau
ibunya berbentuk tetesan air mata, tetek kakaknya hampir bulat sempurna
dan padat. Belum menggantung ke bawah. Apalagi pentil kakaknya tampak
kecil sekali, bahkan hampir rata dengan lingkaran bagian dasar pentilnya
itu yang berwarna coklat kemerahan.
Arjuna segera menaruh tangannya di samping tubuh kakaknya, lalu dengan
menopang tubuh menggunakan kedua tangan itu, ia mulai meneteki kakaknya.
Annisa sudah pasrah. Ia membiarkan saja adiknya mengenyoti teteknya.
Lama kelamaan perasaan geli itu muncul lagi. Dan ia merasa kontol
adiknya makin lama juga makin besar.
Lidah adiknya bermain liar di puting kirinya. Annisa merasakan lidah
adiknya yang basah menyapu-nyapu diselingi dengan hisapan-hisapan mulut
adiknya itu. Badannya terasa geli. Bukan geli yang tidak enak, tetapi
geli yang menjalar ke seluruh tubuh yang bermula dari pentilnya itu,
yang terasa sangat nikmat. Perlahan ia merasakan memeknya mulai basah
sedikit demi sedikit. Annisa merasakan mulut adiknya mulai menjelajah
menuju payudara yang sebelah kanan. Sepanjang jalan, mulut itu sibuk
sekali menjilati dan mengenyoti dadanya. Kenyotan adiknya makin lama
makin buas, sehingga ketika sampai ke payudara yang sebelah kanan,
adiknya seakan binatang yang kelaparan yang sedang asyik menggerogoti
mangsanya.
Mulut adiknya terasa menjepit, menyedot dan menjilat dengan keras. Ada
sedikit rasa sakit yang Annisa rasakan, namun di lain pihak, ia
merasakan kenikmatan yang teramat sangat menguasai tubuhnya sehingga
akhirnya ia mendekap kepala adiknya erat-erat.
“sedot tetek kakak, Jun……… sedot terus……… mulut kamu pinter amat…….”
Pada saat itu, Annisa merasakan adiknya menggoyangkan tubuh sehingga ia
dapat merasakan gesekan antara dinding memeknya dengan batang kontol
adiknya. Ada rasa ngilu, namun karena adiknya bergerak perlahan, ada
rasa nikmat juga di situ.
“Aaaah………” erang Arjuna,” memek kakak sempit banget. Benar-benar enak.”
Lalu Arjuna menerjang bibir kakaknya dengan bibirnya. Mereka kembali
berciuman dengan penuh nafsu. Lidah mereka saling menari, bersentuhan
dan berjilatan. Ludah mereka bercampur menjadi satu sehingga lama
kelamaan kedua mulut mereka sudah basah juga oleh campuran liur itu.
Sementara itu, memek Annisa kini sudah banjir oleh cairan kewanitaan dan
membasahi kedua selangkangan mereka. Arjuna yang sudah mahir ngentot,
mulai mempercepat permainannya. Kontolnya kini bagaikan piston yang
mengaduk-ngaduk liang senggama kakaknya. Annisa perlahan mulai belajar
untuk mengikuti irama. Lama kelamaan tarian seks mereka menjadi
harmonis. Mereka mendorong dan menarik pada waktu yang bersamaan
sehingga kini terdengar irama selangkangan beradu yang teratur.
Bau tubuh gadis muda mulai santer tercium. Memek Annisa mengeluarkan bau
tubuh gadis remaja yang khas. Bau tubuh perempuan yang belum dewasa
benar, namun bukan juga bau matahari seperti bau anak yang masih bau
kencur. Bau ini membuat Arjuna makin horny saja sehingga kini pantatnya
mulai menekan kuat-kuat yang menyebabkan bunyi plok plok plok suara
selangkangan beradu semakin keras terdengar.
Kini Arjuna sudah tidak memikirkan apa-apa lagi selain seks. Tubuhnya
kini seratus persen menindih kakaknya. Kedua tangannya memegang kepala
kakaknya menahan laju tubuh perempuan itu ketika ia menyodok kuat-kuat.
Annisa baru kali ini merasakan dientot. Yang pertama kali tadi adiknya
hanya mengentotinya sebentar, kini barulah Annisa merasakan enaknya
dientot lelaki. Walaupun perasaan perih itu masih ada, namun ia begitu
menikmati hujaman demi hujaman penis adiknya yang seakan mengocoki
memeknya yang basah.
Kedua tubuh mereka kini sudah mandi keringat. Keringat mereka berpadu,
seperti halnya mereka yang sedang menjadi satu tubuh. Mereka bersatu
pada bagian kelamin dan pada bagian mulut, dan tubuh mereka menempel
tanpa ada penghalang. Tidak ada jarak di antara mereka lagi. Mereka kini
bagaikan suatu unit yang menyatu. Yang memiliki irama dalam berciuman
dan bersenggama yang serasi.
Sampai akhirnya mereka mencapai klimaks. Arjuna menghujamkan penisnya
sekuat tenaga ketika ia merasakan kakaknya merangkul erat dirinya.
Dinding kemaluan kakaknya bergetar tanda orgasme dan pada saat itu pula
Arjuna mencapai klimaksnya juga. Hujaman Arjuna yang keras itu membuat
ujung kontolnya masuk ke dalam rahim melampaui dinding memek Kakaknya
itu. Kepala kontolnya masuk ke rahim kakaknya lebih jauh daripada ketika
memasuki rahim ibunya dikarenakan kakaknya itu lebih pendek dari
ibunya.
Annisa yang sedang orgasme merasakan kontol adiknya menembus liang
senggamanya dan kepala kontol adiknya itu memasuki rahimnya. Dengan
terkejut, Annisa merasakan orgasmenya seakan bertambah jadi ketika hal
itu terjadi.
“Arjunaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa………………………” teriak Annisa. Ia merasakan kontol
adiknya yang besar itu berdenyut-denyut dan setelah itu Arjuna lemas
sambil masih menindih kakaknya.
“aaaaaaaaaahhhhhhhhh…….. enak banget bisa ngetot sama kakak yang cantik……..”
Lalu untuk beberapa saat mereka berdua lemas dengan Arjuna masih mendindih kakaknya.
Bersambung...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar