Senin, 24 September 2012

Cerita Sedarah - Anak Petani II

BAB LIMA
PERTAMA KALINYA

Lima menit kemudian Dewi merasakan seseorang menarik kainnya yang melingkari pinggangnya. Dilihatnya Arjuna yang sekarang telanjang tanpa sarung memegang kain itu. Arjuna perlahan menggunakan kain itu untuk mengeringkan peju di selangkangan Dewi lalu kemudian Arjuna membersihkan selangkangannya sendiri.
Dewi yang masih mabuk kenikmatan memejamkan matanya lagi. Dalam ketelanjangannya, ia seakan tidak berdaya melakukan apa-apa lagi.
Setelah membersihkan pejunya dari tubuh ibunya dan diri sendiri, Arjuna melempar kain ibunya ke lantai. Lalu merebahkan diri di samping ibunya yang masih tiduran dengan tangan kanan terangkat, bagian belakang telapak tangan ibunya pun masih ditempelkan di dahi.
Arjuna yang tadi sudah ejakulasi, perlahan mulai horny lagi. Tubuh ibunya yang sintal, perut yang sedikit buncit namun tidak terlalu gendut menunjukkan lekuk tubuh perempuan dewasa yang walaupun pernah melahirkan namun tampak begitu manusiawi dan indah. Kedua payudaranya yang kini sedikit melebar ke samping karena sedang tiduran tidak tampak sebesar yang seharusnya, namun tidak mengurangi keindahan tubuh itu. Selangkangan yang dihiasi rambut tebal menambah erotis ketelanjangan ibunya itu. Apalagi bulu ketek yang tipis namun ikal, yang basah oleh keringat tampak menantang ketika dibuka seperti itu.
Arjuna mendekatkan hidungnya ke ketek ibunya. Hidungnya digelitik rambut di ketiak ibunya ketika bau tubuh ibunya yang belum mandi, bahkan sudah keringatan karena aktivitas tadi, menusuk tajam di hidungnya. Bau perempuan dewasa yang sangat digilai Arjuna membawa penis Arjuna yang tadi telah ciut, perlahan tapi pasti bangkit dari tidurnya.
Dewi merasakan ketiaknya disentuh oleh hidung anaknya yang mengendus-endus mengeluarkan udara yang membelai pangkal lengannya mengirimkan sensasi menggelitik.
“Kamu ga sekolah?”
“Hari ini ijin sakit saja, Bu.”
“Sakit apa? Orang kamu sehat….”
“Sakit cinta. Arjuna cinta mati sama ibu. Cuma ibu yang bisa menyembuhkan penyakit ini.”
“Kamu kok gombal?” kata Dewi, namun ada perasaan bangga dan sensual ketika ia mendengar anaknya mengatakan cinta kepadanya.
“enggak gombal, bu. Arjuna cinta banget sama ibu. Sakit rasanya kalau ibu enggak membalas cinta ini. Ibu gimana?” kata Arjuna sambil terus bernafas di ketek ibunya, sementara dagunya disandarkan di tempat tidur agar tidak pegal, sementara tangan kanannya membentuk huruf V dengan telapak tangan yang ditaruh di payudara kiri ibunya sambil perlahan mengusap-usap payudara itu.
“Ibu sayang Arjuna….”
“Kok sayang? Cinta dong, bu. Arjuna ga hanya sayang, tapi cinta. Cinta kekasih. Kan kita kekasih? Ibu kan kekasih Arjuna…”
“Iya……”
“cinta, kan?”
“Iya…..”
“kok iya-iya mulu…. Bilang dong ibu cinta Arjuna…..”
“Ibu cinta Arjuna, kekasihku……”
“Nah gitu dong… tapi harus jelas bu. Siapa kekasih ibu? Harusnya ibu bilang cinta kepada anakku… gitu…. Biar ga salah. Kan yang namanya Arjuna ga Cuma satu di Indonesia…”
“Ibu cinta kamu, anakku…… anakku kekasihku…….. anakku yang ganteng…….”
“Gitu dong….” Kata Arjuna senang. Lalu mengecup ketiak ibunya. “Arjuna seneng banget….. Arjuna sudah punya pacar. Pacarnya cantik dan seksi. Dewasa, lagi. Arjuna kayak mimpi aja. Masih ga percaya…..”
“Kamu kok gombal mulu, Jun?” tapi hati Dewi jadi berbunga-bunga. Dibilang cantik dan seksi. Arjuna sungguh romantis. Bapaknya saja beda jauh kalo dibanding anak ini. Ayah Arjuna tidak punya sifat romantis sama sekali.
“Bau ibu enak banget. Bikin Arjuna semangat.”
Lalu Arjuna mulai menjilati ketiak ibunya lagi sambil meremas payudara kiri ibunya. Dewi mulai terangsang lagi. Mulut Arjuna asyik menjelajahi Dewi. Setelah puas menjilati ketek kanan ibunya, Arjuna mulai menjilati dada kanan ibunya. Dewi mulai bangkit birahinya perlahan. Kedua payudaranya mulai diserang anaknya lagi. Tetek kirinya dijamahi oleh tangan kanan anaknya, sementara bukit yang kanan dijilati dan disedoti oleh mulut anaknya itu. Dewi mulai mengerang-erang.
“aaaah….. iya, Jun. terus…… terus…….. remes tetek ibu……. Isepin tetek ibumu ini……. Sayangku…… anakku sayang……… terus nenenin ibu…..”
Dada kiri Dewi mulai diselomoti mulut Arjuna, sementara kini ganti tangan kiri Arjuna meremasi payudaranya yang sebelah kanan. Dewi merasakan gejolak birahinya makin meninggi. Diremas-remasnya kepala anaknya dengan kedua tangannya,
“terus Jun……. kekasih ibu…….. anak ibu sayang………. Terus sedot tetek ibumu ini……. Anakku… pacarku……. Kekasihku…..”
Mulut Arjuna kini mulai menjilati perut Dewi. Dewi merasa geli sekaligus birahi. Kini kedua tangan anaknya mulai meremasi kedua payudaranya. Kini genggaman anaknya mulai mengeras membuat Dewi merasakan sensasi liar dan buas. Sementara lidah anaknya itu mulai menari dipusarnya, berputar-putar lalu menyapu dari atas ke bawah seakan ingin merasakan seluruh jengkal pusarnya itu.
Arjuna mencium bau tubuh ibunya makin santer tercium, keluar dari memek ibunya. Tak sabar, ia mulai menjilat ke bawah. Dijilatinya jembut ibunya yang lebat dan ikal itu, lalu disibaknya jembut itu, maka terlihatlah memek ibunya yang telanjang. Baru kali ini Arjuna melihat kemaluan ibunya tanpa tutup sedekat ini. Dua buah bibir rapat dihiasi ladang jembut di antara sepasang paha yang putih. Ditariknya kedua bibir memek ibunya, maka terlihatlah bagian dalam vagina ibunya. Bau tubuh ibunya kini seakan menguasai segenap lubang hidung Arjuna. Bau tubuh ibunya keluar dari organ intim, mahkota ibunya yang suci.
Bagian dalam memek ibunya berwarna merah, sedikit merah muda namun agak gelap. Dilihatnya klitoris ibunya menghiasi puncak keintiman ibunya dan di bagian bawah, bibir dalam vagina itu membuka memperlihatkan lubang surgawi milik ibunya.
Arjuna mulai menjilati memek ibunya. Dewi yang memeknya belum pernah dijilat orang terkejut merasakan sensasi baru namun asyik. Geli-geli namun geregetan sekali rasanya.
“Jun….. itu kan kotor…. Bekas kencing….. jangan ah…… jorok….” Namun walau Dewi melarang, tapi tangannya malah menekan kepala Arjuna minta dijilat terus.
Arjuna merasakan sensasi aneh di lidahnya. Ada rasa asam dan getir di lidahnya, hidungnya mencium bau campuran antara bau tubuh ibunya dengan bau pesing air kencing ibunya. Namun, bukannya jijik, Arjuna malah tenggelam dalam nafsu binatang. Arjuna malah menjadi makin bernafsu menjilati kemaluan ibu kandungnya sendiri itu.
Bagaikan Anjing yang kehausan, Arjuna asyik sekali menjilati vagina ibunya. Ibunya kini menggelinjang tak keruan, matanya terpejam setengah dan hanya bagian putih yang terlihat dari bola matanya. Dewi merasa di awang-awang surga ketujuh. Memeknya terasa geli dan enak disapu lidah Arjuna. Apalagi karena yang menjilat adalah anak kandungnya sendiri, darah dagingnya sendiri, kenikmatan yang dirasakan Dewi menjadi bertambah hebat. Ada perasaan bersalah dan dosa, namun malah menambah intensitas birahinya. Dewi merasakan nikmatnya oral seks membuat dirinya lupa daratan. Seakan-akan seluruh tubuhnya hilang dan yang eksis hanya memeknya saja yang sedang dijilati.
Dewi tidak tahu berapa lama sudah anaknya menjilati kemaluannya, yang jelas sebentar lagi ia kan mengalami orgasme, erangan Dewi kini terdengar menjadi bentakan,
“Terus! Jilati memek ibu! Anak baik! Terus! Jilat yang cepat! Ah….. aha…. Jun…… jangan berhenti, Jun! terus! Jilat memek ibumu, Jun! geli, rasanya, Jun! enak…. Aaaaaah…….. heeeeeh…… terus jilat………..”
Tahu-tahu Dewi merasakan klitorisnya disedot. Dewi jadi menggila, ditekannya kepala anaknya ke memeknya keras-keras sambil memutar pantatnya,
“Anak bandeeell……… kelentit ibu disedooooot……… aaaaaaah……….. enak banget, juuuuuun! Sedot terusssss……… aaaaaaaah………..”
Dewi tiba-tiba menggelinjang keras dan menekan kepala anaknya sekuat tenaga. Dirasakannya orgasme yang dahsyat, namun tidak hanya itu, Dewi tiba-tiba merasa ingin pipis, dan keluarlah air kencingnya yang membanjur muka anaknya yang gelagapan karena susah bernafas.
“Ngentooooooooot kammuuuuuuuuuuuu……………………. Ibu jadi kenciiiiiiing……………….. dasar anak bandeeeellllllll……. Ibu jadi beginiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii……..”
Lalu Dewi terhenyak di tempat tidur kelelahan. Ia meringkukkan badan sehingga tidur menyamping dengan posisi bagaikan janin, dengan kedua kaki membentuk siku dan kedua tangan yang memeluk kaki.
Arjuna baru saja melihat ibunya liar. Ia menjadi senang. Tidak lama lagi ibu akan jadi budak seksku, pikirnya. Apalagi ketika ibunya orgasme dan mengatakan kata-kata yang belum pernah ia dengar keluar dari mulut ibunya. Ditambah ibunya yang tak kuasa kencing juga menambah nuansa liar. Tadi Arjuna berusaha meminum semua air itu, namun tetap saja air itu tidak semuanya masuk ke mulutnya. Banyak yang menciprati wajahnya dan ada juga yang jatuh di kaki ibunya. Arjuna kini menjilati selangkangan dan paha ibunya yang terkena air kencing ibunya.
“Arjuna cinta ibu. Air kencing ibu aja Arjuna minum. Nah, ini Arjuna bersihin badan ibu dari air kencing,” kata Arjuna sebelum mulai menjilati selangkangan, paha dan tentunya memek ibunya.
Ketika akhirnya Arjuna menjilati memek ibunya terus, ibunya berkata,
“Udah, Jun. ibu capek……”
Arjuna menghentikan aksinya.
“Tapi jun kan belum?”
Dewi meluruskan kakinya walaupun tetap tidur menyamping.
“Kamu selipin aja di antara paha ibu, di bawah selangkangan.”
Arjuna lalu memposisikan dirinya dibelakang ibunya. Ibunya mengangkat sebelah kakinya. Arjuna menaruh penisnya di bawah memek ibunya. Ibunya merapatkan lagi kakinya sehingga kini kontol Arjuna dijepit kedua pahanya. Arjuna lalu memeluk ibunya dari belakang dengan kedua tangan menggengam payudara ibunya. Kepala Arjuna kini di punggung antara tulang belikat ibunya, berhubung ibunya masih lebih tinggi. Arjuna mulai menggoyang pantatnya maju mundur.
Punggung ibunya yang mengkilat karena keringat segera dijilati Arjuna. Arjuna dapat merasakan kulit punggung yang halus bergesekkan dengan lidahnya. Di lain pihak, kedua tangannya kembali meremas-remas buah dada ibunya yang lembut dan kenyal. Sementara itu, kontolnya mulai basah karena terkena cairan memek ibunya yang tadi baru saja orgasme, apalagi saat ini Arjuna sedang mengocok kontolnya di selangkangan ibunya dengan jepitan paha ibunya itu. Sementara, sensasi kedua paha ibunya yang menjepitnya sungguh dirasa nikmat, lebih nikmat dari coli dengan tangan sendiri.
Mulut Arjuna juga kadang mengecup dan mengenyot punggung ibunya yang bermandikan peluh dan sekarang, bermandikan ludah Arjuna juga. Sehingga tak lama kemudian punggung mulus ibunya telah dihiasi bekas-bekas merah akibat cupangan. Jilatan kini sudah sangat melebar, cupangan dan sedotannya juga makin kencang, sehingga menimbulkan bunyi kecipokan yang keras.
Dewi mulai horny lagi. Memeknya digesekki oleh kontol anak kandungnya yang keras, sementara kedua payudaranya diremas-remas secara kuat, dan punggungnya dijelajahi oleh mulut dan lidah anak semata wayangnya itu. Semuanya membuat Dewi kembali birahi untuk kesekian kalinya pagi itu.
Arjuna mulai menggerakkan tubuhnya perlahan ke bawah, mulutnya mulai menjelajahi bagian bawah punggung ibunya, namun bukan itu sebabnya, melainkan lama kelamaan batang kontolnya kini mulai mengarah vertikal ke atas, bagusnya ibunya belum sadar. Karena ia terus memaju mundurkan pantatnya yang menyebabkan Dewi tetap terhanyut goyangan ini dan tenggelam dalam nafsu birahi.
Suatu saat, Arjuna menarik pantatnya agak jauh lalu menusukkannya secara cepat ke atas. Kepala kontolnya secara tiba-tiba menerobos bibir vagina ibunya yang basah, hanya sayang saja lubang senggama ibunya luput, sehingga kini kepala kontolnya ‘terpeleset’ dan bergerak sejajar lagi seperti semula. Namun dalam sepersekian detik itu kontolnya telah masuk ke dalam lipatan bibir vagina ibunya.
“Arjuna! Kamu ga boleh masukkin!” teriak ibunya.
“enggak dimasukkin kok, Bu. Kan ga masuk ke lubangnya. Ini Cuma gesek di luar lubang, kok.”
Dewi tidak menjawab lagi. Karena memang burung Arjuna tadi tidak masuk ke liang senggamanya, melainkan hanya lewat saja.
Arjuna kembali melakukan gerakan tadi, berhubung tidak ada protest dari ibunya. Ditariknya pantatnya ke bawah lalu ditusuk ke atas. Kembali bibir luar vagina ibunya merekah, kepala kontol Arjuna masuk ke dalamnya, kali ini ujung kontolnya menekan ke pinggir lubang memek ibunya, karena tidak tepat bidikannya sehingga kembali mencelat keluar dan menggesek sepanjang dinding vagina ibunya.
“Tuh…. Tadi hampir masuk,” omel ibunya.
“enggak, Cuma di pinggir lubang. Arjuna ga bakal masukkin kok. Nih liat…..”
Sambil berkata begitu, Arjuna menarik pantatnya lagi lalu mendorong kontolnya ke arah memek ibunya. Kembali kontol Arjuna menggesek lubang senggama ibunya, namun tidak masuk ke dalam karena posisi kontolnya sejajar dengan memek ibunya.
“ga masuk, kan? Tenang aja, bu….” Kata Arjuna.
Untuk beberapa lama, Arjuna menggeseki bagian dalam memek ibunya, sekedar melintas di atas lubang memek ibunya untuk kemudian ditekan di sepanjang bagian dalam memek ibunya itu sampai ke klitorisnya bahkan mungkin lebih jauh lagi karena terkadang palkon Arjuna menrasakan lebatnya jembut ibunya pada saat pantatnya menusuk ke depan. Dewi merasakan permainan ini bahaya, ada kemungkinan kontol anaknya dapat selip dan tiba-tiba masuk ke dalam liang senggamanya. Hanya saja bahaya ini di lain pihak juga membuat jantungnya deg-degan dan menambah rasa erotis yang lain dibanding dengan pasangannya, perasaan yang menggetarkan jiwa. Persenggamaan ibu dan anak adalah hal yang tabu tapi secara aneh membuat Dewi merinding bila memikirkannya.
“Janji, ya Jun? jangan dimasukkin…..”
“Tenang aja, Bu,” kata Arjuna, kali ini sambil mendorong tubuh ibunya dengan tubuhnya sehingga kini ibunya tiduran tengkurap dengan Arjuna menindih bagian belakang tubuh ibunya yang telanjang bulat itu. Arjuna merubah posisinya hingga badannya sedikit lagi turun dari posisinya semula, agar lebih mudah beroperasi. Kini kedua tangannya ditaruh di pundak ibunya, lalu Arjuna mulai mengocok-ngocok selangkangan ibunya lagi.
Gesekkan-gesekkan kontol anaknya membawa Dewi ke lembah birahi sekali lagi. Memeknya kini sudah basah total, bermandikan cairan kewanitaanya sendiri. Terkadang Dewi merasakan kepala kontol anaknya menggowes lubang memeknya untuk kemudian mencelat lurus menggeseki bagian dalam vaginanya menuju klitoris, sementara punggungnya menjadi korban keganasan mulut dan lidah anaknya.
Tiba-tiba dalam satu tusukkannya, Dewi merasakan kepala kontol anaknya itu menancap di lingkar luar liang senggamanya. Dewi kaget dan ketika ia hendak berteriak pada Arjuna, kontol Arjuna telah ditarik, untuk kemudian kembali menggesek-gesek seperti sebelumnya.
“Kamu sengaja, ya? Hampir masuk, tadi!”
“kan baru hampir, berarti belum masuk, kan bu?”
Dewi hanya mendengus. Lalu kembali anaknya mengocoki vaginanya lagi. Bagian dalam memek Dewi begitu licinnya sehingga gerakan kontol Arjuna begitu lancar menggesek naik turun sepanjang vagina bagian dalam Dewi.
Tiba-tiba kembali kepala kontol Arjuna menancap di ujung lubang, namun secepat kilat ditarik kembali, lalu kembali menggesek-gesek. Kali ini Dewi tidak berkomentar. Yang penting belum masuk, pikirnya. Namun tak lama kemudian kontol itu kembali menancap lalu ditarik. Kemudian menggesek lagi. Dewi jadi curiga apakah ini kesengajaan atau tidak? Ia menghitungnya. Sekali menancap, sepuluh kali gesek. Sekali nancap, sembilan kali gesek. Ketika kontol itu menancap di depan lubang, Arjuna tidak mendorong dengan kuat, hanya cukup untuk menempel saja, namun gerakan gesek berikutnya adalah gerakan yang cukup kuat untuk menggesek memeknya. Rupanya ada suatu pola. Pola berarti kesengajaan. Sungguh anaknya memang bandel.
Kini gerakan Arjuna sudah menjadi sekali nancap, lima kali gesek. Pola ini berlanjut beberapa lama. Mungkin tidak akan berubah lagi, pikir Dewi. Dan Dewi menjadi tidak terlalu memikirkannya lagi dan sekarang berusaha menikmati goyangan anaknya. Ketika Dewi mulai terombang-ambing, dirasakannya kini Arjuna telah merubah pola serangannya. Sekali tancap, dua kali gesek. Dewi belum sadar bahwa gerakan ini cukup berbahaya karena ia pun sedang menikmatinya atau juga mungkin sebentar lagi akan orgasme sehingga tidak peduli akan segala hal apapun juga.
Pola gerakan Arjuna diimbangi Dewi. Ketika kontol Arjuna menggeseki memeknya dua kali, maka Dewi membalas dengan menekan pantatnya kebawah sehingga tusukan maju Arjuna ditambah dengan tekanannya sendiri membuat gesekkan kedua kelamin itu menjadi lebih keras.
Dewi mulai mengoceh tak keruan,
“Iyaaaah….. gesek terus kontolmu, naaaaaak……. Cah baguuuuuus……… goyang terus kayak gitu…… ibu bentar lagi sampaaaaiiiiiii……”
Gerakan mereka bertambah cepat. Dua kali gesek, sekali tancap. Dua kali gesek, sekali tancap.
“Ibu mau sampeeeeeee……. Aaaaaaaah! Juuuuuuuuuuun jangaaaaaaan!! Ibu sampeeeeee…….”
Ternyata ketika Dewi berkata ibu mau sampe, Arjuna merubah pola gerakannya. Dari satu kali tancap, dua kali gesek, menjadi satu kali tancap, satu kali gesek dan satu kali tancap dan Arjuna menusuk ke depan dengan kuat, sementara kedua tangannya merangkul ibunya dari belakang dengan cara melingkarkan tangan melalui bawah ketiak ibunya, lalu telapak tangan dibuka ke dalam lalu memegang pundak depan ibunya dari arah bawah, sebelum gerakan tusukan di lancarkan. Gerakan terakhir ini membuat kontol Arjuna serta merta ambles ke dalam liang senggama ibunya, karena selain tusukkan Arjuna yang disengajakan, Dewi juga sedang menekan ke bawah mengikuti irama satu tancap dua gesek tadi. Itu yang membuat ibunya teriak jangan.
Tapi, Dewi tidak berontak karena saat itu juga ia mengalami orgasme. Sudah lama sekali Dewi menahan nafsunya karena tidak pernah dinafkahi suaminya. Kini tiba-tiba ada kontol yang memasukki memeknya lagi, apalagi memang dia dalam keadaan birahi tinggi dan sudah hampir klimaksnya, maka ketika anaknya menghujamkan penisnya dalam-dalam, maka Dewi mencapai orgasme yang begitu hebat yang belum pernah dirasakannya sebelumnya.
Arjuna merasa dirinya di surga ketujuh. Kini kontolnya sudah ambles masuk ke lubang kencing ibunya. Dirasakannya liang senggama ibunya begitu sempit meremas batang kontolnya. Dinding liang senggama ibunya basah oleh cairan kewanitaan dan terasa seperti pipa lembut yang menjepit keras kontolnya. Apalagi sekarang ibunya sedang orgasme.
Arjuna dapat merasakan pinggul ibunya yang sedikit bergetar seperti menggigil, sementara dinding lubang kencing ibunya berdenyut-denyut meremas kontolnya seakan ingin menyedot habis isi kontolnya. Arjuna segera mengentoti ibunya dengan gerakan liar dan buas. Ia ingin ejakulasi dan menyebarkan benihnya ke rahim ibunya dalam-dalam.
Arjuna yang sedang kalap karena nafsu, mengenyot punggung ibunya keras-keras dan tak menggerakkan mulutnya lagi. Kedua tangannya tetap merangkul ibunya dari belakang dan menekan tubuh ibunya seiring irama tusukkan kontolnya. Suara selangkangannya beradu dengan pantat ibunya terdengar berkali-kali ditingkahi suara erangan ibunya yang sedang orgasme.
“Juuuuuun…….. jangan entot ibu kayak gitu………………aaaaaahhhhhh……… jangan dikeluarin di dalam…….. Junnnnn…… jangan dikeluarin di dalam……….. ssssshhhhhhhh………”
Arjuna yang baru sekali ini merasakan nikmatnya bersenggama, apalagi yang disetubuhi ibunya sendiri yang cantik dan bahenol, tidak berpikiran jenih ditambah buta soal begituan. Ia mendengar ibunya berbicara namun mengartikannya berbeda. Ketika ibunya bilang jangan dikeluarin di dalam, ia mengira ibunya meminta agar kontolnya jangan dikeluarin tetapi di dalam aja. Sehingga Arjuna menjadi semakin semangat mengobok-obok kemaluan ibunya dengan burungnya.
“uuuuh…… memek ibu nikmat banget………. Anget…….. licin sama sempiiiiit……….. Arjuna ga tahaaaaaan…..,” kata Arjuna lalu kembali mengenyot punggung ibunya yang banjir keringat dengan keras, sementara nafsu birahinya seakan meledak.
Arjuna merasakan kenikmatan yang tak ada taranya. Ia sudah sering ejakulasi, tapi kali ini, sensasi mengentot ibunya sendiri seakan menambah berkali-kali lipat kenikmatan yang ia alami. Sambil menyedot punggung ibunya kuat-kuat, Arjuna melepaskan pejunya di dalam rahim ibunya sambil menekan burungnya dalam-dalam.
Bila ada orang yang melihat adegan di kamar itu tentu akan terhenyak. Seorang Ibu muda yang cantik dan seksi sedang tengkurap ditindih anaknya sendiri, sementara anaknya itu merangkul ibunya dan menghujamkan kontolnya secara brutal ke dalam memek ibunya sambil mengenyot punggung mulus ibunya itu.
Akhirnya Arjuna lemas dan menindih punggung ibunya. Ibunya pun berbaring bagaikan orang pingsan, hanya saja keduanya bernafas berat, sedikit tersengal-sengal bagaikan orang yang baru saja selesai lari marathon.
Setelah hampir dua menit Arjuna menindih ibunya, ibunya membalikan tubuh sehingga Arjuna jatuh kesamping. Kemudian Dewi menarik tubuhnya sehingga kelamin mereka lepas. Air mani anaknya menetes perlahan dari memeknya. Lalu Dewi berkata,
“Jun. nanti ibu hamil.”
“emang kenapa bu? Bukannya ibu suka dan menikmati juga emang kenapa kalo hamil? Ibu ga suka punya anak? Arjuna suka banget kalau punya adik. Tapi ibu ga pernah ngasih ade sih….”
Dewi terdiam. Lalu berkata,
“Panjang ceritanya, Jun. yang jelas, semenjak kamu lahir, Ayah kamu sama ibu sudah tidak pernah campur lagi. Kalau ibu hamil, Ayah kamu akan mengira ibu selingkuh.”
“Jadi ibu ga boleh hamil?”
Dewi menggeleng.
“Emang kalau Arjuna masukkin titit ke memek ibu kayak gini, ibu pasti hamil?”
“Belum pasti. Tapi kemungkinan besar.”
“supaya pasti tidak hamil bagaimana?”
“Bisa pakai alat KB seperti pil, suntik dan lain-lain. Atau KB Alami.”
“Alat KB mahal ya, bu? Kalau KB alami juga mahal?”
“KB Alami gratis kok, Cuma lebih susah.”
“Caranya?”
“ada yang pakai kalender, agak susah diceritakan. Tapi yang ini susah untuk diikuti, dan sebagian besar orang tidak berhasil.”
“Ada yang lain?”
“Bisa juga lelakinya ngecrot di luar.”
“Maksudnya?”
“Kamu tau kan ejakulasi?”
“maksudnya?”
“titit kamu keluarin cairan putih, tapi bukan kencing. Kayak ini,” Dewi menunjukkan cairan peju anaknya yang keluar dari memeknya yang baru saja dientot anak tunggalnya itu.
“Oh itu ….. emang kenapa?”
“Nah, kalau lelaki menaruh tititnya di tempik perempuan itu namanya berhubungan badan. Nah, hubungan badan itu akan selesai ketika lelaki mengeluarkan cairan putih itu. KB Alami lainnya adalah waktu cairan itu mau keluar, lelaki mencabut tititnya dari tempik perempuan lalu mengeluarkan cairan itu di luar tempik perempuan itu. Mengeluarkan cairan putih itu namanya ejakulasi.”
“Oh, kalau ejakulasi di dalam tempik perempuan bisa hamil ya?”
“Iya.”
“Kalau begitu nanti Arjuna keluarin di luar. Kan ibu ga bakal hamil.”
“Jarang lelaki yang belum berpengalaman kayak kamu ini bisa menahan ketika saat ejakulasi. Tadi saja kamu ga tahan kan. Ini peju kamu udah di dalam perut ibu.”
“Yaaaa…. Kan Jun tadi ga dikasih tahu. Bagaimana kalau nanti kita beginian lagi, Jun akan keluarin air mani Jun di luar tempik ibu…….”
“Susah, Jun, untuk lelaki menahan tidak buang di dalam. orang harus latihan dulu.”
“Latihan di mana? Masa cari orang dulu?” kata Arjuna, ia ingin sekali ngentotin memek ibunya terus. Tapi melihat muka ibunya yang serius, maka Arjuna menjadi takut kalau nanti ibunya ga mau lagi meneruskan hubungan terlarang lagi. Setelah berpikir agak lama, Arjuna mendapatkan pikiran lain, ia pernah lihat majalah porno di mana ada gambar lelaki sedang mengentot perempuan, namun kontolnya masuk lubang belakang. Mungkin kalau ibunya belum mau dientot memeknya lagi, Arjuna dapat menggunakan lubang pantat ibunya. Maka katanya,
“Gini aja deh bu, gimana kalau Arjuna latihan di lubang yang satu lagi?”
“Maksud kamu?”
“Lubang dubur ibu.”
“Apaaa? Iiiih…. Kamu jorok banget.”
“kalau di situ ibu bisa hamil ga?”
“enggak.”
“Ya udah, biar Arjuna latihan dulu di situ sampai bisa tahan ejakulasi.”
“Ya ampun, Jun. itu kan kotor. Tempat keluarnya tai ibu loh…..”
“Justru itu. Kan lubang itu kotor. Ibu pakai cuman untuk berak aja. Kalau ibu sayang, ibu kasih lubang itu untuk Jun pakai buat latihan, donk. Kan lubang itu ga bakal bikin hamil dan juga Cuma tempat kotoran aja. Ibu ga boleh pelit.”
Dewi terdiam dan terpaksa mengakui kata-kata anaknya. Mereka terdiam beberapa saat. Arjuna menikmati melihat ibunya yang telanjang. Buah dadanya yang ranum itu sedang naik turun karena bernafas. Sementara tubuh ibunya yang mengkilap karena keringat tampak bagaikan pahatan indah yang hidup.
Sekarang sudah telat untuk sekolah. Arjuna memeluk ibunya dari samping lalu berkata,
“Bu….. ibu cantik sekali….” Lalu mencium ibunya perlahan. Dewi yang sedang banyak pikiran tiba-tiba merasakan bibirnya dikecup anaknya perlahan. Akhirnya beberapa saat kemudian ia membalas ciuman anaknya itu.
Makin lama ciuman mereka makin hot. Burung Arjuna jadi tegang lagi. Entah karena baru merasakan ngentot, entah karena ingin merasakan lubang pantat ibunya, sehingga birahi Arjuna menanjak lagi.
“Bu…. Arjuna mau latihan masukkin burung di lubang belakang ibu…..”

BAB VI
Arjuna dan Dewi pertama kali Anal

Maka Dewi tidur tengkurap. Arjuna menaruh kakinya di samping paha Dewi, lalu berlutut di situ. Ditariknya dua pantat yang sekal dan kencang dengan bentuk bundar yang tampak kenyal Arjuna memegang kedua pantat ibunya lalu ia menarik kedua pantat itu ke samping. Terlihat lubang anus ibunya itu menutup rapat. Lubang itu sedikit kehitaman di ujung-ujungnya.
Arjuna menggunakan sebelah tangannya untuk menuntun kontolnya ke lubang itu. Kepala kontolnya yang sudah basah karena tadi masuk di memek ibunya mentok di cincin ibunya. Ketika ia menusuk keras-leras, kepala kontolnya masuk berhubung kontolnya yang licin itu. Lubang itu sempit sekali dan panas, namun kering sekali sehingga ada sensasi terbakar dirasakan Arjun.
“Addduuuuuuh…… sakit Jun……………………………..”
Arjuna pun merasakan sakit.
“Kalau masukkin ke tempik perempuan kok gak sesakit ini bu?
“”itu lain, biasanya harus licin dulu dalamnya. Kalau tempik punya cairan di dalamnya.”
“Kalo dubur ibu ga ada?’
“enggak.”
Mendapat ide bagus, Arjuna mencabut kontolnya dan kini mulai menarik pantat ibunya ke samping lebih lebar, dan tiba-tiba dijilatinya lubang itu.
“Arjunaaaaa! Ih……. Joroknyaaaa! Masa burit ibu dijilat?”
“enak bu…… harum lagi……”
Arjuna melihat pantat ibunya yang bulat dan sekal itu dilapisi kulit yang sedikit lebih hitam dari kulit ibunya di tempat lain. Ada bintik putih di sana-sini namun tidak terlalu banyak yang membuat kontras dengan kulit coklat pantat ibunya. Arjuna mulai menciumi kedua pantat ibunya, menjilati dan mengecupi. Berhubung kulitnya agak gelap jadi cupangan tidak terlalu berhasil di situ. Kulit tubuh ibunya telah ia hapal rasanya. Namun menjilati pantat ibunya memberikan nuansa lain yang ia sukai. Akhirnya Arjuna kembali menjilati lubang anus ibunya dengan lahap. Kadang-kadang lubang itu membuka dan menutup. Ketika suatu saat lubang anus ibunya membuka, Arjuna membuat kaku lidahnya, lalu menjojoh lidahnya ke dalam lubang lebih jauh.
“Aaaaahhhhhh, lidahmu masuk……”
Arjuna mulai menjilati sejauh lidahnya menjangkau. Ketika air liurnya masih sedikit dan tidak menunjukkan pembasahan yang baik, Arjuna membuka lubang pantat ibunya lalu meludah ke dalam untuk kemudian menjilati lagi. Lama kelamaan Arjuna hapal bau pantat ibunya. Sedikit menyengat dan ada aura panas yang menguar. Dinikmatinya sensasi lidahnya yang kini menyusuri keliling dinding dalam lubang tahi ibunya. Terkadang ia seperti merasa ada butiran sangat halus yang terjilat. Arjuna tidak jijik, malah sering menelan ludah untuk merasakan butiran halus yang mungkin adalah tahi ibunya itu.
Dewi mulai menggelinjang. Mula-mulanya ia merasa geli, namun lama-kelaman ia dapat menikmati sensasi lidah anaknya di dalam lubang eeknya. Memeknya jadi basah lagi. Baru kali ini Dewi dapat merasakan lubang anusnya. Sebelumnya hanya ketika buang air ia dapat merasakan tahinya melewati pipa pembuangan tubuhnya itu. Kini dinding anusnya terasa sekali dibelai-belai oleh lidah anaknya sendiri.
Lubang Dewi sekarang basah, bahkan karena sering meludah ke lubang pantat ibunya, Arjuna masih dapat melihat sedikit air liur bergelembung di lubang anus ibunya. Arjuna menuntun kontolnya lagi, lalu dengan bernafsu sekali, berhubung ia sudah tidak sabar dan tahan lagi, ia menghujamkan kontolnya ke dalam lubang tahi ibunya.
Baru setengah gerakannya terhenti lubang yang kecil itu karena seret. Sementara Dewi berteriak,
“Saakiiiiiit Juuuuuuun……..”
Arjuna yang tadinya berlutut, kini menindih ibunya lalu menggenjot pantatnya kuat-kuat sambil mendekap ibunya dari belakang.
“Aaaaargggghhhhhhh…. Pantat ibu robeeeeeeek!!!!!”
Padahal tidak. Hanya saja lobangnya menjadi bertambah longgar karena tertarik ke samping secara paksa. Arjuna merasakan kontolnya dijepit lubang anus ibunya dengan sangat kuat. Sedikit sakit dirasakan. Namun keberhasilannya menyodomi ibunya membuat dirinya senang bukan kepalang.
Mereka berdua terdiam selama beberapa waktu. Arjuna lalu mulai menarik kontolnya perlahan-lahan. Dirasakannya dinding anus ibunya mencengkram keras seluruh batang kontolnya sehingga ada friksi yang kuat ketika kontolnya menggesek pergi. Sebelum seluruh kontolnya copot dari lubang tahi ibunya, Arjuna mendorong lagi kontolnya untuk menelusuri dinding anus ibunya yang sempit itu.
Selama beberapa menit, Arjuna perlahan-lahan menumbuki lubang pantat ibunya, sementara kedua tangannya telah ia selusupkan ke bagian depan tubuh ibunya sehingga kini telah menggenggam kedua payudara ibunya yang besar. Dewi menggunakan satu tangannya untuk menggeseki klitorisnya sendiri, karena birahi telah menguasainya pula. Udara yang panas dan juga aksi sodomi Arjuna kepada ibunya membuat dua insan sedarah itu mulai berkeringat lagi.
Arjuna otomatis mulai menjilati punggung ibunya, tangannya mulai meremas-remas payudara ibunya dan kontolnya masih mencangkuli lubang pantat ibunya. Lama-kelamaan birahi Arjuna perlahan memuncak. Ini menyebabkan jilatan Arjuna kini menjadi kenyotan dan hisapan di punggung ibunya. Remasan tangannya yang tadi perlahan kini menjadi kuat seakan sedang mencengkram kedua tetek ibunya. Dinding Anus ibunya mulai terasa tidak terlalu menyakitkan, sehingga kini Arjuna menghujami lubang anus ibunya dengan keras. Terdengarlah suara benturan selangkangan dan pantat. Bunyi yang banyak orang telah dengar dan kenali. Bunyi orang sedang ngewe.
Tubuh keduanya kini banjir keringat dan bercampur baur satu sama lain. Punggung Dewi di berbagai tempat mulai berwarna keunguan karena cupangan anaknya. Dewi merasakan nikmat yang aneh ketika lubangnya berkali-kali dibor oleh kontol anaknya. Sementara tangannya semakin mempercepat kobelannya di klitorisnya sendiri.
“Yeeeeeh…… yeeeeeeh……… tusuk lubang pantat ibu……… Juuuun……. Tusuk yang kenceng…….. entotin lubang tahi ibu yang bau…….. entotin lubang tahi ibu yang penuh kotoran………..”
“Sempit banget dubur ibu……. Nikmat banget…………. Cantik banget ibu……… Arjuna ga tahan nih……”
“Ibu mau sampe lagi, Juuuuuun….. jangan berhenti Jun……… yang keras entot dubur ibu………..ibu mau sampe……….. dikit lagi………. Aaaaarrgghghhhhhhhh………. Ibu sampe lagi…..”
Arjuna merasakan lubang pantat ibunya mengecil seakan menggenggam kontolnya dengan sangat kuat. Arjuna tidak tahan dan ia menghujamkan kontolnya kuat-kuat di dalam lubang dubur ibunya itu. Arjuna merasakan cairan tubuh keluar dari kontolnya. Tidak hanya sekali, tapi berkali-kali. Akhirnya setelah beberapa saat Arjuna lemas dan berbaring tanpa daya dengan masih menindih ibunya.
“Tuh, kan. Kamu ejakulasi di dalam.”
“Iya, bu. Arjuna akan latihan lebih sering sekarang.”
Lalu mereka berdua tertidur kelelahan.
Dewi mau ga mau sejam kemudian bangung untuk mengerjakan pekerjaan sehari-hari. Agak siangan Jun terbangun. Arjuna mencari ibunya. Ia mendapati ibunya telah selesai masak dan membereskan rumah, dilihatnya ibunya yang memakai kain. Diciumnya bibir ibunya. Ibunya membalasnya. Ciuman buas dari Jun yang terbangun horny, seperti kebiasaan semua anak lelaki remaja. Lidah Jun secara brutal menjelajah mulut ibunya, Dewi hanya mengimbangi saja.
Jun membetot kain ibunya hingga lepas. Ibunya telanjang bulat di balik kainnya itu.
“kalo ga ada orang lain. Mulai sekarang ibu harus telanjang bulat,” kata Jun. lalu mulai menjilati leher ibunya.
“Mandi dulu, Jun. ibu sama kamu kan belum mandi.” Kata Dewi sambil mengelus kepala anaknya.
“Hari ini libur dulu. Mumpung Ayah lagi pergi. Boleh kan, bu?” sejenak Jun melepas jilatannya untuk berbicara, namun kini ia sibuk menarik ibunya ke tempat tidur. Jun mulai menjilati ketiak ibunya seperti biasa.
“Kamu bau, Jun.”
“Ibu ga suka bau Jun?”
“gimana, ya…. Bau asem-asem gitu… tapi ibu suka juga dikit…..”
Arjuna menjadi senang. Katanya,
“sini, gantian ibu jilatin ketek, Jun.”
Arjuna tiduran lalu membuka tangannya. Dewi segera mencium ketek asem anaknya dan akhirnya menjilati ketek anaknya yang memiliki bulu-bulu halus. Bahkan tidak setebal bulu keteknya sendiri. Lama-kelamaan mereka akhirnya berciuman dengan nafsu. Akhirnya Dewi kembali menggesekkan memeknya ke kontol anaknya dalam posisi woman on top lagi. Setelah orgasme, maka seperti pagi tadi, Arjuna melakukan anal seks dengan ibunya hingga ejakulasi.
Mulai saat itu, dimulailah hubungan mereka yang baru. Hubungan yang melampaui ibu dan anak. Hubungan incest. Hubungan seksual sedarah. Mereka adalah sepasang kekasih. Namun, Dewi bersikeras tidak mau bersenggama secara tradisional. Ia hanya mengijinkan mereka berdua melakukan oral, anal dan paling banter hanya saling menggesekkan alat kelamin. Dewi masih merasa was-was. Moga-moga ia tidak hamil. Sebulan lagi akan terlihat apakah ia mengandung bayi anaknya sendiri atau tidak. Bila nantinya ia hamil, tentu akan jadi panjang urusannya.

BAB VII
PUNCAK KENIKMATAN

Selama sebulan setelah pertama kalinya Arjuna merasakan bersetubuh dengan ibunya, selama itu pula, setiap hari mereka melakukan anal seks dan juga menggesekkan kelamin. Suatu hari, Ayahnya tidak ke sawah. Rupanya ia mau membantu temannya pindahan hari itu. Maka pagi itu Arjuna tidak dapat melakukan aksinya seperti biasa. Ibunya bersikap biasa-biasa saja, malah cenderung sedikit lebih diam.
Arjuna hari itu sekolah. Sayangnya teman-temannya mengajak main bola. Arjuna yang sudah tak sabar akhirnya pulang duluan sebelum jam tiga dengan alasan ga enak badan. Ketika ia pulang ibunya sedang menimba air memakai pipa dragon. Ayahnya tidak terlihat.
“Loh….. Ibu, ayah kemana? Belum selesai bantuin temannya?”
“Belum, Jun.”
“sampai sekarang belum pulang juga?
“bapak pergi rumah temannya hari ini. Siang ini mungkin sudah pulang.”
Kebetulan, pikir Arjuna. Jadi lebih bebas.
“Perlu dibantu?” tanya Arjuna.
“Sudah kelar kok. Ini ibu mau mandi. Belum sempat mandi dari pagi, abis tadi pagi ngantar bapak kamu. Siangnya kerjaan dirumah sudah numpuk. Kamu juga biasanya pulang siang dan bantu ibu. Sekarang malah pulang sore.”
“Wah… maaf deh bu. Janji ga akan lagi. Arjuna akan pulang terus untuk ngebantuin ibu.”
“sekarang bantu ibu isi bak mandi.”
“Jangan dulu donk, bu.”
“tuh kan… katanya mau bantu……”
“pasti dibantu. Cuma, Arjuna kan belum cium ibu.”
“Ih…. Ibu belum mandi……. Udah bau nih…… dari pagi kerja di rumah….”
“Biar belum mandi, Arjuna tetap sayang ibu. Cuma, ibu kayaknya ga sayang Arjuna, deh.”
“Loh, kok ngomong gitu?”
“Kan kemarin Arjuna minta ibu jangan pake baju kalau kita berdua aja. Ibu sekarang pakai kain. Ibu ga sayang.”
Dewi hanya menggeleng sambil tersenyum. Dasar anaknya memang bandel.
“Ada yang mau ibu sampaikan kepada kamu terlebih dahulu.”
“Apa itu, bu?”
Dewi mengajak anaknya ke kamar tidur lalu mereka duduk di tempat tidur.
“Ibu mau cerita tentang sejarah keluarga kita…”
Maka, ibunya mulai menceritakan sejarah keluarga mereka kepada Arjuna. Empat belas tahun yang lalu, ketika Dewi berumur 14 tahun, ia menikah dengan Waluyo. Kala itu, ayah dan ibu Dewi kenal dengan Waluyo yang baru pulang dari Kalimantan. Waluyo baru sembuh. Ternyata, Waluyo baru cerai dengan isteri pertamanya karena ada masalah keluarga.
Keluarga Fauziah, isteri pertama Waluyo adalah keluarga kaya. Dengan 3 orang anak. Syafei, putera tertua, Fauziah puteri kedua dan Aisyah puteri terakhir. Ketika itu, ayah mereka sakit-sakitan dan menurut dokter tidak akan lama lagi bertahan hidup. Maka, terjadilah perang keluarga antara Syafei dan Waluyo memperebutkan harta keluarga. Akhirnya, Syafei tewas dalam suatu perkelahian massal antara keduanya. Waluyo terluka parah.
Akhirnya ibunya Fauziah memaksa anaknya pulang dan menceraikan mereka berdua. Waluyo membeli lahan pertanian di kampungnya dan membangun keluarga baru dengan Dewi.
Setelah melahirkan Arjuna, Waluyo tidak pernah menyentuh Dewi lagi secara seksual. Lama-kelamaan, Dewi bingung dan menanyakan ini pada Waluyo. Akhirnya Waluyo mengaku bahwa, sebenarnya ia menyukai lelaki. Ternyata Waluyo itu homo. Sebenarnya Waluyo suka lelaki dari saat ia remaja, namun karena lingkungan tradisional melarang dan mencaci homo, maka Waluyo berusaha membangun keluarga. Ia berhasil berhubungan seks dengan cara membayangkan lelaki.
Baru di kampungnya ini, Waluyo menemukan kekasihnya. Seorang lelaki bernama Joko yang bujangan walaupun umurnya sudah empat puluh. Joko ini bekerja sebagai buruh tani yang ikut menggarap tanahnya Waluyo. Inilah mengapa Waluyo sering pulang malam, atau bahkan tidak pulang. Berhubung mereka tinggal di bukit yang masih banyak pohon bak hutan, dan rumah tetangga berjauhan, aktivitas Waluyo tidak diketahui warga.
Akhirnya Arjuna mengerti. Lalu ibunya berkata,
“Kamu kan ingat, akhir-akhir ini kita sering berhubungan seks?”
“Iya, bu.”
“Sekarang ayah kamu tahu.”
Arjuna kaget. Ia sangat ketakutan.
“Ibu hamil. Baru kemarin ibu tahu, tadi pagi ibu terpaksa bilang sama ayah kamu.”
“Waduh… gimana, dong?” tanya Arjuna takut tapi di lain pihak ia bangga juga bisa menghamili ibunya.
“tenang, Jun. Bapakmu sudah merestui kita. Bapakmu itu cemburunya besar. Dia tidak suka ibu hubungan sama laki-laki lain. Makanya ibu ga pernah selingkuh. Pernah ada laki-laki yang genit sama ibu, dan lalu ditempiling Bapakmu sampai pingsan. Tapi, kamu adalah anak laki-laki satu-satunya yang disayangnya. Maka, ia merestui kita. Apalagi, Bapak kamu emang udah lama mau punya anak lagi.”
Arjuna menjadi lega.
“Nah, kemarin Mas Joko pacar bapakmu itu terlibat hutang judi sehingga sekarang rumahnya dijual. Oleh karenanya, Bapak bilang karena ibu sudah punya kekasih di rumah, Bapak pun harus punya. Mulai hari ini, Bapakmu akan tidur sama mas Joko di rumah ini.”
Oh, rupanya begitu, pikir Arjuna. Berhubung sekarang ibu punya rahasia tabu, maka ayahnya berpikir untuk membawa pacarnya ke rumah. Arjuna menjadi semangat. Akhirnya mereka berhubungan lagi di kamar ibunya. Hari itu berhubung ayahnya tidak ada, mereka berdua bagai sepasang pengantin yang melakukan hubungan di segala tempat.
Banyak sekali yang dibicarakan mereka, sehingga mereka lupa melakukan hubungan seks pagi itu. Akhirnya Arjuna buru-buru mandi untuk pergi ke sekolah. Ia hanya sempat nenen sebentar, lalu berangkat ke sekolah. Walaupun belum ngentot ibunya hari itu, Arjuna merasa di awang-awang. Akhirnya hubungan mereka dapat dilakukan dengan terbuka dihadapan ayahnya.
Siangnya, Mas Joko resmi tinggal di rumah mereka. Orangnya agak lenjeh seperti bencong, dan tampaknya ini disukai ayah Arjuna.
Malam itu mereka makan di dipan seperti biasa, ditambah dengan satu orang, yaitu mas Joko. Setelah makan dan dipan sudah dibereskan, Waluyo merangkul Joko dengan mesra lalu mulai menciumi pipi lelaki itu.
Arjuna dan ibunya jengah. Melihat itu Waluyo berkata,
“Ga usah malu. Ini adalah jati diriku. Kalian juga tidak usah malu-malu. Sekarang, aku ini suami isteri dengan Joko. Kamu, Dewi, sekarang adalah isterinya anakku. Kamu, Arjuna, adalah suami ibumu. Dengan begini semuanya senang, kan?” lalu Waluyo tertawa bahagia dan mulai mencumbu Mas Joko lagi.
Arjuna yang selalu horny, segera merangkul ibunya dan mencium bibirnya. Dewi yang kaget, dengan cepat membalasnya. Dua pasangan itu bercumbu di dipan.
“Bu. Di sini rame. Arjuna mau ngemprut ibu.”
Waluyo menghentikan aksinya lalu berpaling pada Arjuna.
“Hati-hati ya, jangan terlalu keras, ada cucuku di perut isteriku. Kamu sebagai anak harus menghormati ibu kamu walaupun kamu sedang ngentotin ibumu.”
“Iya, Pak. Arjuna kan cinta mati sama ibu.”
Waluyo tertawa lagi.
“Bagus. Sana setubuhin ibumu. Bapak juga ga sabar mau ke kamar.”
Dengan berbunga-bunga Arjuna menarik ibunya ke kamar.
Selama ini Dewi takut kalau hamil akan membuat suaminya marah. Tapi ternyata tidak, malah Waluyo senang. Maka Dewi menjadi sumringah memikirkan akhirnya dapat ngentot dengan anaknya yang ganteng.
Ketika mereka sampai di kamar, Arjuna yang sudah menahan-nahan sepanjang hari di sekolah, segera membuka baju dengan cepat dan membuangnya di lantai. Dewi tersenyum melihat tindakan anaknya itu. Ia lalu membuka kainnya juga. Ketika ia sedang membuka bh-nya, Arjuna yang sudah telanjang dengan cepat menarik celana dalamnya lalu melempar celana dalam itu asal-asalan di lantai.
Mereka berdiri berhadapan dengan telanjang bulat. Arjuna memegang kedua tangan ibunya.
“Mulai hari ini, Ibu adalah isteri Arjuna,” kata remaja itu, “kita adalah suami isteri. Ibu sudah mengandung anak hasil hubungan kita. Arjuna janji akan selalu mencintai ibu sampai selama-lamanya.”
Dewi terdiam. Hatinya berbunga-bunga. Ia tersenyum malu-malu bagaikan pengantin di malam pertama.
“Ibu selalu mencintai kamu, Arjuna anakku. Ibu akan jadi isteri yang menurut, yang mengasihi kamu, merawat kamu dan memberikan apapun yang kamu minta. Sebaiknya kamu memanggil Ibu dengan nama depan, karena sekarang kita sudah jadi suami isteri.”
“Dewi, kekasihku. Sepertinya enak didengar. Tapi Arjuna merasa bahwa kalau manggil Ibu juga menambah perasaan nikmat. Apalagi waktu kita senggama. Arjuna merasa bahwa apa yang kita lakukan bertambah asyik kalo Arjuna tetep memanggil Dewi sebagai Ibu. Dan Dewi juga harus terus memanggil anak waktu kita bercinta. Jangan panggil nama Jun. panggil anakku. Bagaimana menurut kamu, Dewi?”
“Aku sih terserah suami saja.”
Arjuna lalu menerkam ibunya lalu menyosor bibir ibunya dengan rakus. Mereka berciuman sambil berdiri dengan saling berpelukan. Suara kecipak bibir beradu mengumandang. Agak lama, Arjuna yang harus dongak merasa lehernya pegal. Maka beringsut, ia maju perlahan mendekati tempat tidur. Dewi mengikuti gerakan anaknya yang mendorongnya ke tempat tidur.
Mereka berciuman sampai keduanya bertindihan di kasur. Tangan Dewi meremas-remas rambut anaknya. Sementara kedua tangan Arjuna kini memegang dagu ibunya dari samping. Ciuman mereka basah karena lidah mereka saling menari-nari berkejaran dan berbenturan. Arjuna menikmati cumbuan itu. Lalu ia mulai menjilati seluruh wajah ibunya. Ibunya hanya mendesah ketika lidah Arjuna yang basah menyapu sekujur wajahnya dari jidat sampai dagu.
Lidah Arjuna kini menyapu leher ibunya. Dewi menggelinjang karena perasaan geli bercampur nikmat, apalagi jilatan lidah anaknya itu terkadang disertai cupangan-cupangan yang membuat lututnya lemas. Kedua tangannya tetap meremas rambut anaknya. Lidah Arjuna kini menyusuri dadanya. Arjuna menjilat belahan dada ibunya yang seperti lembah kecil sambil sesekali mencupang daerah itu juga. Kemudian dengan rakus Arjuna melahap tetek kanan ibunya sambil tangan kanannya meremas payudara ibunya yang sebelah kiri.
Dewi mulai menanjak birahinya ketika dirasakannya lidah anaknya memutar-mutar di puting payudaranya dan diselingi dengan hisapan mulut. Terkadang mulut Arjuna menyedot pinggir payudara Dewi, bagian bawah payudara Dewi, bagian atasnya, pokoknya setiap jengkal dada kanannya dijelajahi oleh lidah dan mulut anaknya sehingga kini di sana-sini terlihat bekas cupangan.
Nasib yang sama juga dialami oleh payudara kirinya. Arjuna menyerang tetek kirinya dengan buas dan terkadang terlihat seakan Arjuna sedang makan buah atau makanan nikmat karena mata anak itu merem melek.
Akhirnya lidah Arjuna bergerak turun sepanjang perut ibunya sampai akhirnya berhenti di pusar ibunya. Di situ Arjuna menyedoti pusar ibunya dengan seru. Kemudian perlahan lidah Arjuna mulai menjilati bagian bawah perut ibunya sampai akhirnya tiba di semak belukar milik ibunya. Kini Arjuna mulai menjilati seluruh jembut ibunya bagaikan anjing yang sedang minum.
“Memek ibu, anakku…… jilatin memek ibu donk…….”
Arjuna lalu berlutut di bawah kaki ibunya, lalu membuka bibir luar vagina ibunya sehingga merekah. Dinding memek ibunya terlihat sedikit mengkilat karena basah oleh cairan organ intim ibunya sendiri. Bau tubuh ibunya tercium jelas dari lubang pernakan itu. Arjuna menjilati memek ibunya.
“Oooh…… anakku…… cah bagus……….. begitu…… iya…… jilatin terus memek ibu kamu……… memek ini pernah kamu lewatin waktu kamu lahir. Dari memek ibu kamu lahir, sekarang kamu berkunjung lagi dan membersihkan memek ini….. Ooooooh……. Iya…… yang keras……..”
Arjuna mulai merogoh lubang kencing ibunya dengan lidahnya. Ada campuran bau pesing dan bau tubuh ibunya di daerah itu. Arjuna memainkan klitoris ibunya dengan telunjuk kanannya sementara lidahnya mengoyok-oyok dinding dalam memek ibunya dengan bersemangat.
Tak lama mereka berdua keringatan. Memek ibunya telah basah kuyup karena campuran keringat dan cairan kewanitaan. Arjuna suka sekali memek ibunya, bagaimana baunya dan rasanya di lidah menyatu menjadi suatu bau yang sangat erotis.
Dewi mendekap kepala anaknya lalu mendorong kepala itu sehingga kini seluruh mulut Arjuna mampir di vaginanya. Arjuna menjilati dinding memek ibunya dengan membuat gerakan memutar.
“kocok memek ibu dengan lidah kamu, anakku…….. jilat terus, anakku, isep-isep terus memek ibu, anakku…… anak pinter………… nikmaaaaat…..”
Akhirnya Dewi sudah tidak tahan. Ia pun sepanjang hari memikirkan momen ini. Momen dimana puncak kenikmatan sejati akan mereka berdua raih. Hubungan kelamin adalah puncak hubungan dua orang manusia. Dan mereka sedang berusaha menggapai puncak itu. Maka Dewi berkata,
“Udah dulu, anakku…. Sekarang masukkan kontol kamu ke memek ibu kamu…… gagahi ibu……. Setubuhi ibu kamu……… ayo, sayang………. Anakku…… kembali ke rahim ibu kamu……. Ayo bersatu dengan ibu……. Kita jadi satu tanpa ada yang memisahkan kita………”
Mendengar ibunya berbicara seperti itu, birahi Arjuna meledak. Ia segera bangkit lalu menuntun rudalnya ke hadapan liang senggama ibunya. Ibunya meraih ujung kontolnya lalu menempatkan kepala kontolnya tepat di ujung lubang kencing ibunya itu.
“Dorong, nak……… masukkan kontolmu ke dalam memek ibu kamu……… inilah waktu yang kamu tunggu-tunggu…… mari bersenggama dengan ibu………. Entotin ibu, nak……. Entotin ibumu ini, nak…… gagahi ibu, nak………. Jajah rahim ibu dengan pasukan spermamu, nak….”
Arjuna dengan tenaga penuh mendorong pantatnya ke depan. Serta merta kontolnya ambles ke dalam liang senggama ibunya yang licin dan sempit itu.
“enaknya!!!!!!!” teriak Arjuna.
Mulailah ibu dan anak itu berpacu dalam kenikmatan tabu. Arjuna menggenjot tubuh ibunya dengan semangat berkobar-kobar, pantatnya maju mundur untuk menggerakkan burungnya keluar masuk sarang walet ibunya. Sementara, Dewi asyik mengimbangi dengan pantat yang diputar sambil didorong dan ditarik, gerakan spiral yang membuat rudal anaknya seakan mengebor dinding liang senggamanya.
Kedua tangan mereka berpelukan erat, sementara kaki Dewi melingkari tubuh bawah anaknya dengan kedua lutut menjepit kedua paha atas anaknya itu untuk membantu ketika ia mendorong pantatnya sambil menarik tubuh anaknya dengan kedua kakinya itu sehingga waktu selangkangan mereka beradu terdengarlah bunyi benturan khas orang lagi ngentot.
Di lain pihak, Arjuna kini asyik menyusui payudara kiri ibunya. Disedotinya pentil ibunya yang telah tegak berdiri sambil terkadang lidahnya disapu secara memutar di puting ibunya itu. Dewi yang sekarang sudah terbebas dari perasaan takut akan suaminya, kini secara lepas mengerang, merintih bahkan bersuara keras menikmati hujaman demi hujaman kontol anaknya yang menggagahi memeknya berulang-ulang.
“Anak baik…….. entoti ibu, nak……. Entoti yang keras……….. pakailah ibu sesukamu, nak…… gagahi ibu terus……. Tusukkan kontolmu keras-keras di memek ibu……… aaaaahhhhhh……….. terus, nak…… terus, sayaaaaang…….. jangan berhenti…….”
Ruangan kini dipenuhi suara erangan dan seruan kenikmatan Dewi ditambah dengan suara selangkangan yang beradu. Memek Dewi memancarkan bau tubuh perempuan dewasa yang sedang birahi selain itu aroma ketiaknya juga memperjelas bau tubuhnya itu, apalagi setelah beberapa menit ia berkeringat deras. Arjuna pun kini mandi keringat. Bau tubuhnya dan bau tubuh ibunya membaur dan menguasai ruang tidur mereka. Kamar ini penuh dengan aroma seks.
Arjuna dapat merasakan tubuhnya mengeluarkan peluh, sementara tubuh ibunya juga sudah licin karena basah oleh keringat juga. Keringat mereka kini bercampur saling menempel di kulit masing-masing. Tubuh ibunya memang dibuat untuk dientot Arjuna, pikir anak remaja itu. Tubuh ibunya terasa halus dan empuk dan hangat, sementara memek ibunya serasa sangat pas bagi kontolnya. Seakan-akan kontolnya telah memasuki suatu cetakan yang tepat sekali ukurannya.
Arjuna merasa melayang di langit ketujuh. Ia sungguh menikmati persetubuhannya dengan ibunya. Bau tubuh ibunya selalu memabukkan dirinya, kini memek ibunya juga menjadi sesuatu yang seperti candu baginya. Ia merasa tidak akan pernah bosan ngentotin ibunya.
Mulut Arjuna kini menjelajah setiap jengkal payudara ibunya. Segala hal yang dapat dilakukan mulutnya untuk merasakan kulit payudara ibunya telah dilakukannya. Menjilat, menyedot, mengecap, mencupang bahkan menggigit perlahan dilakukannya terhadap payudara ibunya itu.
Setelah payudara kiri ibunya itu telah habis dijelajahinya, meninggalkan bekas cupang di sana sini dan air liur yang bercampur dengan keringat mereka, Arjuna lanjut mengeksplorasi payudara ibunya yang satu lagi.
Dewi merasa bahagia sekali. Ia akhirnya dapat berhubungan badan dengan anaknya tanpa takut apa-apa lagi. Ijin dari sang suami menambahkan perasaan euphoria bagi Dewi. Kini ia tidak menahan-nahan nafsunya lagi melainkan melepaskan segala birahinya dengan anaknya. Telah belasan tahun Dewi hidup tanpa dijamah lelaki, kini adalah saatnya untuk menggantikan semua waktu yang lewat di mana tak ada belaian pria baginya.
Kini, anak laki-lakinya sendiri, darah dagingnya, menjadi pemuas birahi baginya. Kini, Dewi dan anaknya menjadi satu. Tidak ada penghalang satupun di antara mereka. Kedua organ intim mereka menjadi satu, mengirimkan sinyal-sinyal kenikmatan ke seluruh tubuh, mematikan segala logika di otak dan meniadakan suara hati. Nafsu primordial kini menguasai akal budi mereka.
Gerakan keduanya menjadi suatu tarian harmonis dua insan berlainan jenis. Mereka saling mendorong dan menarikkan pantat pada saat yang bersamaan. Mereka sedang menarikan tarian yang paling tua di sejarah manusia. Tarian reproduksi.
Lama-kelamaan gerakan mereka berdua semakin cepat dan keras. Keduanya berpacu mencapai garis finish, yaitu saat yang paling ditunggu-tunggu semua orang yang sedang berhubungan seksual. Suatu keadaan di mana waktu seakan berhenti, di mana panca indera bagaikan mati, di mana dunia tidak lagi menjadi persoalan. Yang ada hanya aku dan pasanganku yang sedang menggapai puncak kenikmatan.
Arjuna mengentoti ibunya terus. Selama sekitar lima belas menit ia menghujami kemaluan ibunya dengan kemaluannya sendiri. Liang vagina ibunya begitu hangat dan basah sehingga batang kontolnya meluncur dengan mudah di tempat yang sempit itu. Walaupun dinding dalam memek ibunya menghimpit dan menjepit kontolnya dengan kuat, namun justru ketika batang kontolnya bergesek sepanjang dinding kemaluan ibunya itu yang menciptakan suatu sensasi yang paling nikmat yang pernah ia rasakan. Tidak ada satupun hal di dunia yang lebih enak dari ngewe, pikir Arjuna. Apalagi aku sedang menggauli ibu sendiri. Sungguh hubungan sedarah memang paling top.
Tiba-tiba Dewi memeluk anaknya erat-erat pada kedua tangan dan kakinya sambil berkata,
“Ibu sampeeeeeeeee…………………………….. Juuuuuuuuuuuuuuuun……..”
Dinding vagina ibunya berkedut-kedut seakan mulut yang membuka menutup. Arjuna yang juga mendekati klimaks sebelum ibunya orgasme, menjadi tak tahan lagi. Sensasi memek ibunya yang membuka menutup itu mengirimkan sinyal yang kuat pada tubuhnya. Akhirnya tak berapa lama setelah ibunya mulai orgasme, Arjuna pun mencapai puncak kenikmatan itu. Kontolnya melepaskan air mani ke dalam rahim ibunya yang sudah terisi janin. Janin yang didapat dari Arjuna sendiri. Arjuna menekan dalam-dalam kontolnya pada memek ibunya yang sedang kontraksi, sehingga selangkangan mereka menempel keras.
Dewi yang sedang orgasme merasakan kontol anaknya menekan keras, gerakan hujaman itu, ditambah dengan dorongan pantat Dewi sendiri membuat sedikit ujung kontol anaknya melewati liang senggamanya. Hampir setengah senti kontol anaknya menembus liang senggamanya dan mencapai ke dalam rahimnya. Kemudian Dewi merasakan kontol anaknya itu menumpahkan spermanya langsung ke dalam rahimnya.
“Kamu di rahim ibuuuuuuuuuuuuuuuu………. Kamu masuk ke rahim ibu lagiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii…”
Arjuna dapat merasakan sedikit ujung kontolnya melewati lingkar lubang kencing ibunya. Rupanya kontolnya telah masuk begitu jauhnya dan sampai di rahim ibunya. Saat itu ia dapat merasakan tubuh ibunya, terutama pinggul ke bawah bergetar seakan menggigil, lubang vagina ibunya mencengkram batang kontolnya dengan kuat sekali, saat itulah ia melepaskan pejunya di dalam rahim ibunya.
“lobang memek ibu pepet bangeeeeeeeeeeet…….. Arjuna ngecrooooooot……………. Arjuna ngecrotin ibuuuuuuuuuuuu……….. terima mani Arjuna, buuuuuuuuuuuuu………………….”
Setelah berkedut-kedut sampai tujuh kali, Arjuna merasakan tubuhnya begitu letih lalu merebahkan dirinya dengan tetap menindih ibunya. Dewi kali ini merasakan orgasme yang paling hebat yang pernah ia rasakan. Pengalaman ini begitu melelahkan sehingga ia pun menjadi lemas dan lalu telentang pasrah. Keduanya tertidur dengan bibir yang tersenyum karena baru saja mengalami kenikmatan yang tiada bandingnya.
Kehidupan keluarga Waluyo kini berbeda. Mereka semua menjadi keluarga yang bahagia luar dalam. Walaupun mereka tidak kaya, namun dalam soal batin, mereka sudah mencapai kepuasan. Namun, yang namanya dunia memang tidak dapat diperkirakan. Arjuna awalnya bahagia karena setiap hari dapat menggarap ibunya. Tetapi, setelah tiga bulan ibunya mulai uring-uringan dan kadang marah-marah untuk hal-hal yang ga begitu jelas. Kata Waluyo, itu bawaan orok. Alhasil, tidak setiap hari Arjuna dapat menyetubuhi ibunya. Ketika bulan kelima, maka perut ibunya telah besar, jatah preman Arjuna menjadi berkurang lagi. Ibunya berusaha menjaga kandungannya, alasan ibunya. Jadi, Arjuna hanya dapat jatah paling banyak empat kali dalam seminggu, itu juga kadang-kadang. Lebih banyak ibunya mengasih jatah dua kali dalam seminggu.
Waktu bulan ke lima itulah, ada perubahan dalam keluarga Waluyo. Fauziah, mantan isteri Waluyo dan anak pertama Waluyo dari Fauziah, yaitu Annisa, datang ke rumah mereka. Maka, kisah ini mulai berkembang……
BAB VIII
KELUARGA BESAR WALUYO

Pada pertengahan bulan Juni, Fauziah dan anaknya datang ke rumah Waluyo. Anak-anak sekolah baru saja beberapa hari memulai libur panjangnya. Arjuna sedang membantu ayahnya dan Mas Joko bekerja di sawah. Menjelang pukul 2, Dewi datang diikuti oleh dua orang perempuan. Arjuna dapat melihat keduanya cantik. Fauziah berkulit putih dan hampir setinggi ayahnya. Dari perawakan dan raut muka, Arjuna dapat melihat bahwa perempuan dewasa itu keturunan Arab. Annisa, anak Fauziah, juga memiliki kulit putih, namun hidungnya tidak semancung hidung ibunya, tapi tetap saja ia terlihat sangat cantik. Postur tubuhnya tidak setinggi Fauziah tapi sepantaran Dewi.
Waluyo yang sedang beristirahat dengan duduk di sawung, lagi asyik merokok sambil bersenda gurau dengan gendaknya, yaitu Mas Joko. Ia terlihat terkejut ketika melihat kedatangan mereka. Arjuna memperhatikan ayahnya yang sekarang sudah berdiri dan menghampiri ketiga orang yang baru datang itu.
“Papaaaaaa………………..” teriak Annisa tertahan lalu menubruk Waluyo. Waluyo tercengang namun mengelus kepala anaknya sambil matanya memperhatikan Fauziah.
“Mas. Aku bawa Annisa berkunjung ke sini. Ia sudah kangen dengan papanya,” kata Fauziah menjelaskan. Waluyo hanya mengangguk perlahan.
Tak lama kemudian Fauziah meminta untuk bicara empat mata dengan Waluyo lalu mereka bergeser agak jauh hingga pembicaraan mereka tidak dapat terdengar oleh yang lain. Sementara itu, Annisa langsung menubruk Arjuna dan berkata,
“Adiiiiik……………….. Kakak dari dulu pengen punya adik, ternyata sekarang sudah terkabul. Kakak senang bisa ketemu kamu.”
Arjuna tak dapat berkata-kata. Segalanya terjadi begitu cepat. Tentu saja ia tahu bahwa ia punya kakak yang tinggal di Kalimantan. Hanya saja tak pernah disangkanya bahwa mereka akan bertemu. Segala rasa bahagia, haru dan kaget bercampur menjadi satu sehingga Arjuna merasakan kebingungan menghadapi semuanya.
Annisa ternyata cukup bawel. Tanpa melepas pelukannya, gadis muda itu nyerocos terus, menceritakan kehidupannya di Kalimantan bersama ibunya. Arjuna hanya mendengarkan tanpa membalas ocehan kakaknya. Namun, di lain pihak, ia mulai merasakan dadanya ditekan oleh kedua payudara kakaknya itu. Terasa oleh Arjuna, kedua toket kakaknya cukup besar dan kenyal, sesuatu yang tak terlihat sebelumnya karena baju longgar yang dipakai gadis itu. Walaupun tidak sebesar melon ibunya, tapi buah dada kakaknya itu cukup membuat si otong milik Arjuna mulai mengeras.
Untung saja akhirnya Annisa melepaskan pelukannya lalu menarik Arjuna untuk duduk di sawung untuk kemudian kembali berceloteh kepada Arjuna.
Hari itu bergerak cepat bagi Arjuna. Entah bagaimana, tahu-tahu sudah malam, dan mereka sekeluarga makan malam di rumah Waluyo. Kedatangan mereka merubah keadaan harmonis keluarga Waluyo, karena sekarang Waluyo, Dewi, Joko dan Arjuna tidak bebas lagi mengumbar syahwat di rumah. Namun ada satu kelebihannya, kini ayahnya dan Joko tidur di bale, Fauziah dan anaknya tidur di kamar yang dulunya milik Arjuna, dan Arjuna dengan ibunya tetap tidur di kamar utama. Setidaknya Arjuna dapat menggarap ibunya ketika ibu tirinya dan kakak tirinya itu telah tertidur, pikir Arjuna.
Namun, mendapatkan hubungan seks tidaklah segampang rencananya. Ibunya masih sering uring-uringan dan menolak ajakan Arjuna berhubungan seks. Apalagi ditambah dengan alasan bahwa ada tamu di kamar sebelah. Arjuna menjadi frustasi.
Kehidupan menjadi berubah. Kini Arjuna ditugasi menemani kakaknya sehingga tidak perlu ke sawah. Maka Arjuna mengajak kakaknya jalan-jalan dan bermain sepanjang hari. Rasa rindu punya adik membuat Annisa tidak mau jauh dari Arjuna. Mereka berdua saling bercerita satu sama lain mengenai kehidupan mereka sehari-hari. Arjuna jadi merasa mempunyai sahabat baru, teman cewek yang baru. Annisa bisa dibilang sangat baik. Berhubung Fauziah adalah orang kaya, maka Annisa mempunyai uang yang tidak sedikit pula. Pada hari ketiga mereka menginap, Annisa meminta adiknya untuk mengantar ke kota kabupaten untuk melihat-lihat keadaan. Di sana, mereka berkunjung ke pasar tradisional, dan Annisa lalu membelikan adiknya macam-macam barang. Mulai dari mainan, baju, celana dan lain sebagainya. Tentu saja yang lain juga dapat, seperti ayah, ibu dan mas Joko, tetapi Arjunalah yang paling banyak dibelikan barang.
Walaupun dalam segi seksual Arjuna merasa merana, tapi di lain pihak Arjuna merasa senang sekali bergaul dengan Annisa berhubung Annisa itu sangat baik lagi royal kepadanya. Arjuna pun merasa senang dengan perhatian kakaknya kepadanya. Annisa sering menggandeng, memeluk bahkan mencium pipi Arjuna ketika mereka berdua. Annisa tidak tahu, bahwa semakin lama Arjuna menjadi semakin horny karena perlakuannya.
Malamnya, Arjuna setengah memaksa ibunya untuk berhubungan badan. Namun tetap saja ibunya menolak sehingga mereka bertengkar kecil. Mereka bertengkar sambil berbicara perlahan, namun lama kelamaan dari bisikan mereka jadi berbicara sedikit lebih keras dan akhirnya ibunya setengah menghardik lalu berkata,
“Ya udah sekali ini saja. Abis itu kamu harus belajar puasa sampai mereka pulang. Ngerti?!”
Dewi lalu membuka kainnya. Ia telanjang bulat di balik kainnya itu. Arjuna melihat ibunya yang hamil namun tidak merasa muak. Justru Ia bangga karena yang membuat hamil ibunya adalah dia sendiri. Kedua payudara ibunya mulai membengkak perlahan sehingga bertambah besar dibanding keadaanya sebelumnya. Perut ibunya yang sedang hamil bagaikan bukit besar dihiasi dua bukit kecil di atas dan hutan bakau di bawah.
“Jilat dulu biar basah,” bisik ibunya,” terus kamu langsung sodok saja. Ibu capek.”
Maka Arjuna mulai menjilati memek ibunya dengan semangat. Ia menjilati vagina ibunya sampai akhirnya selangkangan ibunya dipenuhi air liurnya dan juga cairan pelumas yang keluar dari organ intim ibunya.
Dewi mulai merintih pelan. Ia berusaha menahan suaranya, namun Arjuna yang kini sudah sangat ahli dalam hal jilat-menjilat puki, membuat birahi Dewi kembali terbangkit. Apalagi cara jilat Arjuna sudah sangat profesional. Lidah Arjuna menyapu sekeliling memeknya dulu, termasuk jembutnya, baru kemudian perlahan menyapu ringan di bibir luar vaginanya. Setelah beberapa lama asyik menjilati bibir luarnya, barulah lidah itu perlahan-lahan betambah tekanannya sehingga akhirnya Arjuna menjilat dengan gaya anjing meminum air. Setelah bibir luar organ intim Dewi sudah kuyup oleh air liur, Arjuna mulai membuka kedua bibir itu dengan kedua tangannya, lalu mencelupkan lidahnya ke bagian dalam vagina ibunya.
Lidah itu mula-mula menyusuri pinggiran lubang vagina Dewi, lalu menyusuri bagian dalam bibir luar memeknya, tanpa menyentuh klitoris. Dewi akhirnya horny berat lalu berbisik,
“Jilatin kelentitnya dong……”
Tanpa disuruh untuk kedua kalinya, Arjuna mulai menjilati klitoris ibunya, namun dengan jilatan ringan sehingga bagai menggelitik saja sehingga Dewi akhirnya memegang kepala anaknya lalu menariknya sehingga lidah dan mulut Arjuna bagaikan dibenamkan di selangkangan Dewi.
Arjuna segera menyedot-nyedot kelentit ibunya.
“Auuuuuh!………. Sssssh……” rintih ibunya. Ia lupa sejenak bahwa seharusnya ia tidak menimbulkan suara keras, namun terlanjur. Karena erangan pertama itu dapat terdengar jelas, baru setelah ia sadar, maka ia menahan suaranya dan berusah merintih dengan pelan saja.
Mulut Arjuna kini dengan buas mengenyot dan menjilati daerah klitoris ibunya. Memek ibunya kini basah kuyup oleh cairan kewanitaan.
“masukin aja……” bisik ibunya memerintah.
Arjuna segera duduk di kaki ibunya, menarik sarungnya keatas sehingga kontolnya terbuka. Ia kemudian mengarahkan kontolnya ke lubang kencing ibunya. Ketika kepala kontolnya menancap di pinggir lingkar permulaan liang senggama ibunya, maka Arjuna mendorong dengan cepat sehingga dalam satu gerakan kontolnya ambles masuk ke dalam vagina ibunya.
Berhubung ibunya sedang hamil, Arjuna tidak bisa menindih ibunya, sehingga semenjak perut ibunya buncit, ia selalu duduk dengan kaki diluruskan di samping kiri kanan tubuh ibunya, lalu mengentot ibunya dengan posisi ini.
Sambil duduk, Arjuna menggoyangkan pantatnya maju mundur. Ibunya juga mulai menyamakan irama ngewe mereka. Terdengar suara klepok klepok selangkangan beradu. Walaupun mereka berusaha tidak menimbulkan suara yang keras, tetap saja dalam keheningan malam, suara selangkangan beradu pelan itu dapat terdengar. Namun mereka berdua tidak memikirkan hal itu.
Dewi menikmati tiap tusukkan kontol anaknya. Ingin rasanya ia memeluk anaknya, namun karena kondisi perut yang sudah buncit maka tidak bisalah ia melakukannya. Arjuna, di lain pihak, juga merasa ada yang kurang dengan posisi ini. Tapi tiada rotan akar pun jadi. Selama kontolnya bisa mencangkul liang senggama ibunya, maka Arjuna merasa cukup puas.
Akhirnya mereka berdua mencapai orgasme. Arjuna kembali memuntahkan spermanya di dalam rahim ibunya. Lalu mereka berdua tertidur.
Keesokan hari, Fauziah mengajak Dewi ke kota kabupaten. Gantian, katanya. Sehingga kini Arjuna dan Annisa hanya berduaan di rumah.
Sepanjang pagi itu tumben-tumbennya Annisa tidak mengoceh dengan bawel seperti biasa. Ia hanya berbicara seperlunya dengan Arjuna. Arjuna berfikir bahwa mungkin kakaknya bete karena tidak diajak oleh ibunya.
Mereka sedang duduk di bale. Belum tengah hari. Annisa tiduran di bale sambil matanya menatap langit-langit bale. Ia tidak berbicara melainkan tampak seperti orang bengong.
“Kak Annisa bete ya ditinggal Mama Fauziah?” tanya Arjuna basa-basi.
Annisa seakan tersadar dari lamunannya. Lalu berkata,
“Enggak, kok.”
“trus kenapa diam aja dari tadi?….”
“soalnya ada sesuatu yang Kakak pikirin….”
“boleh tahu apa?”
Annisa memandang adiknya beberapa saat lalu berkata,
“Dik, kamu kenapa berhubungan seks dengan ibu kamu sendiri?”
Arjuna gelagapan. Rupanya Annisa kemarin menyaksikan ia ngentot dengan ibunya.
“eee… engaak kok…..” jawab Arjuna.
“Alaaaah….. Kakak tadi malem kan melihat kamu begituan sama ibu kamu.”
Ketika Annisa melihat adiknya menjadi gelagapan dan hanya bisa menjawab dengan menggelengkan kepala, Annisa berkata lagi,
“Kemarin malem Kakak dengar kamu bertengkar dengan Mama Dewi, Kakak jadi penasaran. Terus kakak lihat dinding rumah kan enggak tinggi, jadi kakak manjat ke situ untuk lihat. Abis ga ada hiburan di rumah ini. TV aja ga ada. Maka Kakak lalu penasaran mendengar kalian bertengkar sambil bisik-bisik.
“Ketika kaka sudah di atas dan mengintip kalian. Itu saat Mama Dewi membuka Kain, lalu kamu ciumin itunya Mama Dewi. Kamu ga jijik apa?”
Arjuna menggeleng.
“Aneh. Abis jilatin Mama Dewi terus kamu masukkin itu kamu ke dalam itunya Mama Dewi. Itu namanya berhubungan seksual, Dik. Dan seharusnya kamu hanya boleh begituan sama isteri yang sah. Ga boleh kalau belum nikah. Apalagi kamu begituin ibu kamu sendiri. Kenapa kamu berdua bisa melakukan itu sih?”
Arjuna masih gelagapan. Akhirnya berkata,
“so… soalnya enak, kak………..”
“enak banget. Arjuna jadi kecanduan.”
“Mama Dewi juga membiarkan kamu begitu. Itu salah. Apalagi dia sedang mengandung adik kamu. Sebelumnya kalian bertengkar karena Mama Dewi menolak, kan? Mungkin karena terlalu sayang akhirnya ngalah sama kamu.”
“tapi, Kak. Itu bukan adik Arjuna…..”
“Maksud kamu?”
“yang dikandung ibu, itu adalah anak Arjuna. Kami sudah setengah tahun ini melakukannya. Ibu menolak karena ada Kakak dan Mama Fauziah di sebelah kamar. Kalau kalian ga ada, pasti ibu ga akan nolak,” kata Arjuna berbohong sedikit. Karena ibunya menolak bukan hanya karena ada tamu, melainkan karena bawaan orok pula.
“Kok gitu? Jadi Mama Dewi mau digituin kamu? Anaknya sendiri?”
“Ya iya lah. Kalau dianya ga mau, udah dari dulu Arjuna diusir, kali. Ibu mau, karena ibu juga menikmati. Soalnya enak banget rasanya. Emangnya Kakak belum pernah begituan?”
“Ya belum, donk. Aku kan masih perawan. Tapi kata temanku yang udah, emang enak rasanya.”
“Teman kakak ga bohong. Enak banget. Apalagi kalau sama keluarga sendiri, nikmatnya bertambah dua kali lipat.”
Annisa terdiam.
“Kakak mau coba?”
“Hush! Ga boleh sama keluarga begituannya. Harus sama orang lain.”
“Maksudnya Kakak, siapa aja boleh, asal bukan keluarga?”
“bukan begitu, Dik. Yang Kakak maksud, orang yang kita cintai. Pasangan kita yang sudah sah. Udah nikah.”
“Begini, Kak. Arjuna setuju. Harus orang yang kita cintai dan sayangi. Nah, Ibu dan Arjuna kan saling menyayangi dan mencintai. Kenapa ga boleh? Bahkan, bila nanti Arjuna menikah, rasa sayang kepada ibu ga akan hilang. Mungkin lebih besar dibanding sayang kepada isteri. Coba pikir…..”
Annisa terdiam.
“Gini aja deh. Kakak lebih baik coba sendiri deh…”
“Maksud kamu?”
“biar kakak tahu enaknya. Jadi kakak nanti ga akan mengatakan lagi bahwa ga boleh berhubungan seks dengan keluarga. Soalnya kalo dicoba pasti deh ga akan nolak lagi, kayak Ibu Arjuna.”
“cobain sama siapa?”
“Ya sama Jun lah…”
“Ih…. Ga mau! Kakak mau tetap perawan sebelum menikah.”
“Kalau soal itu sih gampang. Kita ga usah melakukan hubungan dengan organ intim.”
“Maksudnya?”
“Gimana kalau Jun jilatin itunya Kakak aja. Toh kakak akan tetap perawan. Gimana?”
“ga mau!”
“Cobain dulu deh. Nanti kalau ga suka, Arjuna ga akan minta lagi. Apa Kakak ga penasaran rasanya gimana?”
Annisa terdiam lagi. Ia merasakan memeknya mulai basah membicarakan masalah seks dengan adiknya. Annisa memang punya pacar, tapi hubungannya hanya sejauh ciuman saja. Bagaimana ya, rasanya dicium di bagian memek?
Arjuna terus membujuk kakaknya dan menjanjikan kenikmatan yang tak pernah Annisa rasakan. Annisa berusaha menolak, namun lama kelamaan ia jadi terdiam malu, karena ia merasa kok mulai bernafsu dan ingin juga mengetahui rasanya dijilat kemaluannya.
Annisa kini terdiam. Arjuna yang masih membujuk-bujuk melihat perubahan itu. Apakah kakaknya mulai horny dan penasaran? Arjuna melihat Annisa yang memakai daster anak muda dengan rok yang di atas lutut tampak seksi.
“gimana, Kak?” tanya Arjuna, kali ini menaruh tangannya di atas paha kakaknya yang tertutup rok daster.
“tck….. kamu gila….” Kata Annisa perlahan. Namun tidak ada nada marah di suaranya.
“Enak lo, kak,” kata Arjuna sambil kini mengelus paha kakaknya. Tidak ada perlawanan. Arjuna perlahan menyelusupkan tangganya ke bawah rok kakaknya lalu mengelus langsung paha putih kakaknya itu.
Annisa memasang tampang cemberut. Keningnya berkerut. Namun di mata Arjuna, kakaknya jadi seksi sekali. Arjuna merebahkan diri disamping kakaknya. Wajahnya hampir sejajar dengan wajah kakaknya. Dengan gerakan ini, rok kakaknya menjadi tersingkap.
“Mau ngapain?” tanya Annisa.
“Pemanasan dulu, biar enaknya lebih terasa.”
Arjuna mencium bibir Annisa. Sementara tangannya sudah memegang selangkangan kakaknya yang masih terbalut CD. Merasakan sentuhan adiknya itu Annisa membuka mulutnya untuk mendesah. Ia sudah mulai horny, apalagi ketika pahanya dielus-elus adiknya. Memeknya jadi geli. Sekarang memeknya yang diusap-usap membuat seluruh tubuh Annisa merinding jadinya.
Mulut Annisa yang membuka ketika dicium membuka kesempatan untuk lidah Arjuna masuk. Annisa dapat merasakan lidah hangat adiknya menerobos mulutnya. Annisa menjadi bernafsu juga. Ia mendekap kepala adiknya dengan kedua tangannya, lalu membalas lidah adiknya itu.
Kini mereka secara buas berciuman. Saling mengecup, menyedot dan mencium bibir, sementara lidah mereka terkadang berkelahi saling menempelkan liur ke lawannya. Tak lama bibir mereka sudah dilapisi cairan campuran liur mereka berdua. Suara orang cipokan terdengar berkali-kali ditingkahi suara desahan seorang gadis dan seorang remaja lelaki.
Tangan Jun kini bukan hanya mengelus-ngelus selangkangan kakaknya. Tetapi sudah menyelusup masuk, membelai sepanjang jembut tipis lalu mulai menggosok pelan bibir memek kakaknya. Memang enak. Baru dielus-elus saja enak, pikir Annisa.
“enak, nggak?” tanya Arjuna di sela-sela kesibukannya menciumi bibir kakaknya.
“banget,” kata kakaknya lalu meneruskan acara ciuman mereka.
Jari-jemari Arjuna kini mulai mengusap-usap klitoris kakaknya. Annisa melenguh lalu melepaskan ciuman dan mendongakkan kepalanya ketika merasakan kelentitnya digosok-gosok. Arjuna melihat leher putih kakaknya terbuka, langsung ia mengenyot leher itu. Annisa tak pernah merasakan nikmatnya birahi, kini lehernya disedot sementara memeknya dikobel-kobel, sehingga Annisa bagaikan mabuk berat oleh kenikmatan, tubuhnya menggelinjang karena birahi dicampur geli dan rasa seperti disetrum listrik di kemaluannya, namun setrum yang ini hanya mengakibatkan rasa kejut-kejut enak.
Tiba-tiba Arjuna melepaskan mulutnya dari leher kakaknya dan meninggalkan bekas cupangan merah gelap, lalu ia bersimpuh di bawah kaki kakaknya yang ngengkang. Disingkapnya rok kakaknya sampai kepinggang, lalu ia memelorotkan CD kakaknya sehingga hanya melingkari sebelah kaki kakaknya. Lalu kepalanya terjun ke selangkangan kakaknya itu.
Annisa melihat dengan harap-harap cemas gerakan adiknya. Ketika mulut adiknya menyentuh kemaluannya, Annisa merintih keras. Lidah itu begitu liar berdansa di kemaluannya. Menyusup di celah-celah dan menyusuri organ intimnya itu dengan begitu bernafsu, menjelajahi tiap jengkal memeknya yang sudah basah oleh cairan pelumas.
Arjuna dapat mencium bau tubuh kakaknya yang berbeda dengan ibunya. Bau tubuh kakaknya tidak setajam ibunya, melainkan bau yang menusuk hidung secara perlahan namun lama-kelamaan menguasai indera penciumannya itu. Bau memek kakaknya ternyata walaupun berbeda dengan ibunya, tapi juga membuat Arjuna mabuk kepayang.
Disedotinya klitoris kakaknya. Annisa kini menjadi liar. Ia mendekap kepala adiknya, lalu mendekapkan kepala itu ke selangkangannya, sementara, pantat Annisa kini maju mundur secara cepat dalam gerakan ngentot yang liar. Annisa kini mengentoti muka adiknya dengan kalap.
“Diiiiik……………….. diiiiilkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk…… aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaargh……………”
Arjuna merasakan memek kakaknya seakan banjir oleh cairan hangat. Nafsunya sudah sampai ubun-ubun sehingga buta akan segalanya, ia segera beringsut duduk, menaruh kontolnya di lubang kakaknya, lalu menghujamkan kontolnya dalam-dalam sekuat tenaga sehingga dalam gerakan yang cepat dan kuat kontolnya ambles ke dalam liang senggama kakaknya.
Annisa sedang mengalami orgasme. Tiba-tiba ia merasakan sakit di memeknya dan tubuh adiknya yang menindihnya. Annisa ingin berontak, tapi orgasmenya sedang berlangsung sehingga ia rasa tanggung sekali. Oleh karena itu, ia hanya bisa memeluk adiknya erat-erat dengan tangan dan juga kaki, untuk menahan rasa sakit itu.
Ketika kontolnya masuk ke dalam memek kakaknya, Arjuna merasakan gencetan dinding kemaluan kakaknya yang amat keras, berhubung masih perawan, dan ia merasakan kontolnya merobek sesuatu, keperawanan kakaknya. Ia telah memperawani kakaknya sendiri! Pikiran ini membuat birahinya yang dipuncak menjadi meledak bagaikan gunung meletus.
Arjuna hanya sempat lima kali mengocok memek kakaknya dan setelah itu ia langsung ejakulasi di dalam kemaluan kakaknya. Arjuna menjadi lemas lalu rebah menindih kakaknya. Ia beringsut turun dari tubuh kakaknya, namun kakaknya yang telah selesai orgasme juga menahan tubuhnya agar tidak bergerak.
“jangan bergerak, dik. Sakit. Diem dulu.”
Maka mereka bertindihan selama beberapa menit. Kontol Arjuna hanya melemas sedikit, sehingga masih dapat tinggal di dalam memek kakaknya. Arjuna beringsut duduk.
“jangan dulu, dik,” kakaknya mencegahnya.
“enggak dikeluarin, kok. Arjuna Cuma mau duduk. Kesian kakak ditindih terus.”
Setelah duduk, Arjuna mulai mengangkat daster kakaknya.
“Buka, kak. Arjuna pengen lihat kakak telanjang.”
Annisa berfikir bahwa sudah tanggung, ia sudah diperawani, maka tidak apa kalau adiknya mau lihat. Maka Annisa membuka dasternya. Annisa kini hanya berbalut BH, dan Arjuna pun minta kakaknya buka. Annisa menurut.
Kini, di hadapan Arjuna kakaknya berbaring telanjang. Teteknya tidak begitu besar, mungkin setengah lebih dibanding tetek ibunya yang sebesar buah kelapa yang diparut. Namun bentuknya beda dengan ibunya. Kalau ibunya berbentuk tetesan air mata, tetek kakaknya hampir bulat sempurna dan padat. Belum menggantung ke bawah. Apalagi pentil kakaknya tampak kecil sekali, bahkan hampir rata dengan lingkaran bagian dasar pentilnya itu yang berwarna coklat kemerahan.
Arjuna segera menaruh tangannya di samping tubuh kakaknya, lalu dengan menopang tubuh menggunakan kedua tangan itu, ia mulai meneteki kakaknya. Annisa sudah pasrah. Ia membiarkan saja adiknya mengenyoti teteknya. Lama kelamaan perasaan geli itu muncul lagi. Dan ia merasa kontol adiknya makin lama juga makin besar.
Lidah adiknya bermain liar di puting kirinya. Annisa merasakan lidah adiknya yang basah menyapu-nyapu diselingi dengan hisapan-hisapan mulut adiknya itu. Badannya terasa geli. Bukan geli yang tidak enak, tetapi geli yang menjalar ke seluruh tubuh yang bermula dari pentilnya itu, yang terasa sangat nikmat. Perlahan ia merasakan memeknya mulai basah sedikit demi sedikit. Annisa merasakan mulut adiknya mulai menjelajah menuju payudara yang sebelah kanan. Sepanjang jalan, mulut itu sibuk sekali menjilati dan mengenyoti dadanya. Kenyotan adiknya makin lama makin buas, sehingga ketika sampai ke payudara yang sebelah kanan, adiknya seakan binatang yang kelaparan yang sedang asyik menggerogoti mangsanya.
Mulut adiknya terasa menjepit, menyedot dan menjilat dengan keras. Ada sedikit rasa sakit yang Annisa rasakan, namun di lain pihak, ia merasakan kenikmatan yang teramat sangat menguasai tubuhnya sehingga akhirnya ia mendekap kepala adiknya erat-erat.
“sedot tetek kakak, Jun……… sedot terus……… mulut kamu pinter amat…….”
Pada saat itu, Annisa merasakan adiknya menggoyangkan tubuh sehingga ia dapat merasakan gesekan antara dinding memeknya dengan batang kontol adiknya. Ada rasa ngilu, namun karena adiknya bergerak perlahan, ada rasa nikmat juga di situ.
“Aaaah………” erang Arjuna,” memek kakak sempit banget. Benar-benar enak.”
Lalu Arjuna menerjang bibir kakaknya dengan bibirnya. Mereka kembali berciuman dengan penuh nafsu. Lidah mereka saling menari, bersentuhan dan berjilatan. Ludah mereka bercampur menjadi satu sehingga lama kelamaan kedua mulut mereka sudah basah juga oleh campuran liur itu.
Sementara itu, memek Annisa kini sudah banjir oleh cairan kewanitaan dan membasahi kedua selangkangan mereka. Arjuna yang sudah mahir ngentot, mulai mempercepat permainannya. Kontolnya kini bagaikan piston yang mengaduk-ngaduk liang senggama kakaknya. Annisa perlahan mulai belajar untuk mengikuti irama. Lama kelamaan tarian seks mereka menjadi harmonis. Mereka mendorong dan menarik pada waktu yang bersamaan sehingga kini terdengar irama selangkangan beradu yang teratur.
Bau tubuh gadis muda mulai santer tercium. Memek Annisa mengeluarkan bau tubuh gadis remaja yang khas. Bau tubuh perempuan yang belum dewasa benar, namun bukan juga bau matahari seperti bau anak yang masih bau kencur. Bau ini membuat Arjuna makin horny saja sehingga kini pantatnya mulai menekan kuat-kuat yang menyebabkan bunyi plok plok plok suara selangkangan beradu semakin keras terdengar.
Kini Arjuna sudah tidak memikirkan apa-apa lagi selain seks. Tubuhnya kini seratus persen menindih kakaknya. Kedua tangannya memegang kepala kakaknya menahan laju tubuh perempuan itu ketika ia menyodok kuat-kuat.
Annisa baru kali ini merasakan dientot. Yang pertama kali tadi adiknya hanya mengentotinya sebentar, kini barulah Annisa merasakan enaknya dientot lelaki. Walaupun perasaan perih itu masih ada, namun ia begitu menikmati hujaman demi hujaman penis adiknya yang seakan mengocoki memeknya yang basah.
Kedua tubuh mereka kini sudah mandi keringat. Keringat mereka berpadu, seperti halnya mereka yang sedang menjadi satu tubuh. Mereka bersatu pada bagian kelamin dan pada bagian mulut, dan tubuh mereka menempel tanpa ada penghalang. Tidak ada jarak di antara mereka lagi. Mereka kini bagaikan suatu unit yang menyatu. Yang memiliki irama dalam berciuman dan bersenggama yang serasi.
Sampai akhirnya mereka mencapai klimaks. Arjuna menghujamkan penisnya sekuat tenaga ketika ia merasakan kakaknya merangkul erat dirinya. Dinding kemaluan kakaknya bergetar tanda orgasme dan pada saat itu pula Arjuna mencapai klimaksnya juga. Hujaman Arjuna yang keras itu membuat ujung kontolnya masuk ke dalam rahim melampaui dinding memek Kakaknya itu. Kepala kontolnya masuk ke rahim kakaknya lebih jauh daripada ketika memasuki rahim ibunya dikarenakan kakaknya itu lebih pendek dari ibunya.
Annisa yang sedang orgasme merasakan kontol adiknya menembus liang senggamanya dan kepala kontol adiknya itu memasuki rahimnya. Dengan terkejut, Annisa merasakan orgasmenya seakan bertambah jadi ketika hal itu terjadi.
“Arjunaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa………………………” teriak Annisa. Ia merasakan kontol adiknya yang besar itu berdenyut-denyut dan setelah itu Arjuna lemas sambil masih menindih kakaknya.
“aaaaaaaaaahhhhhhhhh…….. enak banget bisa ngetot sama kakak yang cantik……..”
Lalu untuk beberapa saat mereka berdua lemas dengan Arjuna masih mendindih kakaknya.

Bersambung...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar